Ketika Lidah Menari Karena Sate Rembiga Lombok

Kaya rasa, itulah dua kata pertama yang keluar dari mulut saya ketika setusuk sate Rembiga menari licah di lidah saya. Mungkin lidah saya sampai kebingungan untuk meletakkan di bagian lidah yang mana. Dari ke-awam-man saya terhadap rasa, saya mendeteksi kandungan bumbu dan rempah yang melimpah ruah dalam setiap potongan daging satenya, merasuk hingga ke dalam setiap serat-seratnya. Rasa itu kemudian dibawa oleh syaraf lidah saya menuju ke otak dan kemudian menstimulus sebuah kebahagiaan.

Sate Rembiga
Sate Rembiga

Banyak orang menjawab nama ayam taliwang jika ada yang bertanya, apa makanan khas dari Nusa Tenggara Barat ataupun makanan apa yang sangat ingin anda cicipi ketika berada di pulau Lombok atau pulau Sumbawa. Masih relatif jarang orang yang mengetahui bahwa selain ayam taliwang, propinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki sate rembiga, kuliner khas yang juga memiliki cita rasa yang juara, termasuk saya sendiri. Beruntung, di hari terakhir saya di Lombok, saya sempat membaca sebuah artikel kuliner di pada sebuah blog traveling sembari menikmati perjalanan dari Gili Trawangan ke pulau Lombok. Selepas tiba di pelabuhan Bangsal, saya pun segera bertandang ke kota Mataram terlebih dahulu, sebelum menuju bandara internasional Lombok.

Nama sate rembiga berasal dari sebuah kawasan bernama Rembiga di kota Mataram. Lokasinya berada di daerah Selaparang, atau dekat dengan area bandara lama pulau Lombok sebelum pindah ke Lombok Praya. Titik utamanya ada di JL Dr Wahidin, kota Mataram, yang juga menjadi sentra para saudagar sate Rembiga. Ada dua rumah makan sate rembiga yang cukup terkenal disini, yakni Warung Sate Rembiga Utama dan Warung Sate Rembiga Ibu Sinnaseh. Dari informasi yang saya dapatkan, kedua rumah makan tersebut memiliki cita rasa yang tidak jauh berbeda, sehingga saya ingin mencicipi keduanya. Sayangnya, saat bertandang ke Lombok awal Desember 2017 yang lalu, Warung Sate Rembiga Utama tengah tutup, karena perayaan pemiliknnya tengah merayakan Maulid Nabi Muhammad, sehingga saya hanya bisa mencicipi sate rembiga Ibu Sinnaseh.

Sate Rembiga
Sate Rembiga

Jika sate pada umumnya disajikan bersama bumbu kacang atau bumbu kecap, maka untuk sate rembiga, standard penyajiannya adalah tanpa bumbu. Awalnya saya merasa aneh, tetapi ketika sesuap nasi putih bersanding dengan setusuk sate rembiga berkolaborasi di mulut saya, saya merasakan sensasi rasa yang luar biasa. Memang sate rembiga sangat lebih dari cukup untuk dinikmati tanpa saus tambahan, karena rasanya yang memang sudah kaya rasa. Tapi karena saya tidak terbiasa makan nasi dengan sate tanpa bumbu, maka saya menambahkan kecap untuk sekedar memberikan sensasi basah pada nasi. Meski dari daging sapi, sate rembiga ini empuknya luar biasa, sehingga tidak perlu usaha yang terlalu keras untuk menguyahnya.

Sate Rembiga
Sate Rembiga

Seporsi sate rembiga yang berisi 10 tusuk dijual dengan harga 20000 rupiah (harga per Desember 2017). Sate Rembiga ini bisa juga dibungkus untuk dijadikan oleh-oleh bagi kerabat ataupun sahabat. Sate Rembiga bisa awet hingga 24 jam jika di udara luar, ataupun 3 hari jika disimpan di dalam lemari es. Sebelum dinikmati, jangan lupa sate dikukus terlebih dulu, karena sate rembiga lebih lezat jika disajikan hangat.

Jadi, jika ke Lombok, jangan lupa cicipi sate Rembiga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *