Ketegaran Karang Papuma

Di dunia ini sudah ratusan, ribuan atau bahkan jutaan kata mutiara terbuat. Ada yang pendek, berupa satu, dua, tiga buah kata, ada juga yang panjang hingga membentuk kalimat bahkan paragraf. Diantara semua kata mutiara itu, ada satu sosok yang selalu digunakan untuk menggambarkan sebuah arti ketegaran. Dan sepertinya hanya sosok itulah yang pantas untuk menyandang arti sebuah ketegaran. Dialah sang batu karang.

Pantai Tanjung Papuma
Pantai Tanjung Papuma

Salah satu karang yang sangat melegenda di seantero pulau Jawa atau bahkan Indonesia, sebagai perwujudan arti kata ketegaran, adalah batu karang di sekitar perairan Pantai Pasir Putih Malikan, kabupaten Jember, Jawa Timur atau yang lebih dikenal sebagai Pantai Papuma.

Hampir setiap menit bahkan detik, deburan ombak pantai selatan pulau Jawa menghantam seluruh bagian dari karang berbentuk kerucut tersebut. Dentuman yang begitu keras hingga terdengar oleh selaput gendang kedua telinga saya. Padahal tempat saya berdiri dengan karang tersebut berjarak sekitar 100 meter jauhnya. Alih-alih hancur, sang karang tetap berdiri dengan gagah dan kokoh di tempatnya. Justru sang ombak yang hancur berkeping-keping, berubah menjadi buih-buih yang kemudian mengalir dan memeluk sang karang.

Entah sudah berapa lama, karang tersebut mulai hidup di wilayah pesisir Papuma. Tapi yang pasti, hantaman ombak dan keganasan samudera Hindia sudah menjadi santapan sehari-hari untuknya semenjak kelahirannya. Tak terkecuali di siang hari yang terik di pertengahan bulan September 2016 ini.

“Hari ini laut lagi tenang, mas. Cuacanya cerah tanpa awan,” ujar seorang Ibu tua penjual air minum di sekitar area pantai. Padahal bagiku, gulungan ombak yang tampak siang itu sudah cukup mengerikan. “Kalau lagi hujan, atau bahkan badai, ombak bisa jauh lebih ganas.”

Saya pun bergidik. Merinding. Dan badan pun mendadak lemas. Benak saya langsung menerawang ke beberapa video tentang badai yang pernah saya saksikan di televisi maupun channel youtube. Padahal siang hari itu tidak terjadi badai, tetapi tiba-tiba saya merasakan seolah-olah badai itu ada di hadapan saya.

Hanya membayangkan badai saja, badan saya sudah gemetar, apalagi jika harus menghadapinya? Bisa-bisa saya sudah ambruk terlebih dahulu sebelum berjuang melewatinya. Kemudian saya tatap kembali karang itu. Entah, sudah berapa badai dihadapinya, atau mungkin sudah jutaan kali gulungan ombak menghantamnya, tetapi dia tetap tidak bergeming di posisinya. Dia tetap tegar berdiri dan menghadapi semua yang terjadi.

Pantai Tanjung Papuma
Pantai Tanjung Papuma

Pada akhirnya, badai itupun akhirnya berlalu. Yap, badai pasti berlalu. Tetapi bukan berarti setelah itu semuanya selesai, karena suatu hari nanti badai akan datang lagi. Dia akan terus datang, datang dan datang, hingga karang papuma sudah tidak sanggup lagi menahannya. Selama karang Papuma masih tegak berdiri, maka badai akan terus, terus dan terus mengunjunginya.

Ini juga yang terjadi pada manusia. Selama manusia hidup, maka badai akan terus mendatangi kita, baik berupa ujian, cobaan maupun teguran. Karena itulah, kita harus memiliki mental yang tangguh seperti karang dan yakin, bahwa suatu hari nanti, badai pasti berlalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *