Mengenang Momen Indah bersama Laskar Gerhana (Bagian 3)

Pagi itu, 9 Maret 2016, di tengah lautan, diantara air yang beriak, di atas geladak kapal Bintang Laut, disanalah kami, para Laskar gerhana berada. Sudah sejak pukul 3 pagi dini hari, kami berada di atas kapal milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) tersebut. Sudah banyak hal yang kami lakukan disana, mulai dari berkenalan, bercengkerama, berdendang, sholat subuh berjamaah, sholat gerhana berjamaah hingga mengamati fase gerhana matahari total bersama-sama.

Pemandangan di sekitar pulau Belitung
Pemandangan di sekitar pulau Belitung

Setelah lebih dari enam jam bersama, kini sudah waktunya bagi para laskar gerhana berpisah dengan kapal Bintang Laut. Kapal akan kembali ke pelabuhan Tanjung Batu, sedangkan para laskar gerhana akan melanjutkan perjalanan menjelajahi gugusan kepulauan yang berceceran di sekitar perairan utara pulau Belitung dengan menumpang perahu nelayan.

Suasana berbeda langsung kami rasakan begitu kami memasuki kabin perahu. Gelombang laut yang sejak pagi tadi hanya terasa seperti goyangan kecil di atas kapal Bintang Laut, terasa begitu hebat di atas perahu ini. Kami pun sampai harus berpegangan erat pada tiang dan bangku kapal agar tidak terjatuh.

Pengambilan gambar dengan kamera pun sulit dilakukan selama berada di atas perahu karena sangat sulit mengendalikan goyangan yang disebabkan oleh gelombang laut. Belum lagi ada ancaman dari percikan air laut yang terkadang sampai memasuki kabin perahu. Percikan air laut ini sangat membahayakan bodi kamera.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 20 menit, sampailah kami pada destinasi pertama. Destinasi pertama yang kami tuju adalah Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas adalah salah satu destinasi utama pariwisata pulau Belitung.

Mercusuar Pulau Lengkuas
Mercusuar Pulau Lengkuas

Pemandangan di pulau Lengkuas sangat menawan, apalagi di siang yang terik seperti ini. Air laut di sekitar pulau tampak berwarna hijau toska dan sangat jernih. Belum lagi panorama gugusan bebatuan granit khas Belitung yang berserakan di sekeliling pulau. Mereka seolah-olah tumbuh subur diantara pasir dan air.

Pemandangan di sekitar Pulau Lengkuas
Pemandangan di sekitar Pulau Lengkuas

Pulau Lengkuas juga dikaruniai pasir putih yang lembut sehingga cocok bagi wisatawan yang suka membuat istana pasir di pantai. Jangan lupa membawa sekop, ember dan penggaris bagi yang berniat mendirikan istana pasir.

Hal yang membuat Pulau Lengkuas berbeda dengan pulau-pulau lain di sekitar Belitung adalah adanya mercusuar yang berdiri tegak di tengah pulau. Mercusuar ini adalah mercusuar tua buatan Belanda yang didirikan di abad ke-19. Bertugas sebagai pengatur navigasi laut sejak didirikan pada tahun 1882, mercusuar ini masih aktif hingga saat sekarang ini. Meskipun di jaman modern ini teknologi dunia pelayaran semakin canggih dengan adanya GPS maupun sinyal sonar, tetapi keberadaan mercusuar masih diperlukan. Adanya mercusuar ini juga sebagai pertanda bahwa pulau Lengkuas ini adalah salah satu pulau terluar di utara di kepulauan Belitung.

Mercusuar ini sebenarnya terbuka bagi wisatawan yang ingin menaikinya hingga puncak. Sayangnya saat para laskar gerhana berkunjung kesana, mercusuar sedang dalam tahap pemeliharaan sehingga untuk sementara waktu tidak bisa dinaiki. Mungkin ini semacam pertanda bahwa laskar gerhana harus datang kemari lagi suatu hari nanti.

Selain memiliki pemandangan diatas laut yang menawan, perairan di sekitar pulau Lengkuas juga memiliki taman bawah laut yang sangat cantik. Saya dan beberapa rekan sangat menikmati aktivitas snorkeling disana. Terumbu karang disana terlihat masih cukup sehat dan berkembang. Ikan-ikannya juga cukup banyak.

Taman Laut di Sekitar Pulau Lengkuas
Taman Laut di Sekitar Pulau Lengkuas

Setelah puas menjelajah pulau Lengkuas, kami kembali ke kapal untuk menuju destinasi selanjutnya, yakni pulau Kepayang. Di sepanjang perjalanan menuju pulau Kepayang, kami disuguhi pemandangan laut yang sangat indah. Lautan yang berwarna hijau toska berpadu dengan pulau-pulau kecil yang berkontur bebatuan.

Sesampainya di pulau kepayang, kami langsung menyantap makan siang. Hari itu pulau Kepayang tampak sangat ramai. Untuk mendapatkan meja dan kursi untuk makan saja, kami harus mengantri terlebih dahulu.

Pulau Kepayang, Belitung
Pulau Kepayang, Belitung

Setelah makan, kemudian lanjut sholat, saya habiskan waktu untuk duduk-duduk di bawah pohon sambil melihat-lihat foto-foto yang sudah saya abadikan sepanjang hari itu. Matahari yang bersinar semakin terik dan juga kelelahan setelah snorkeling tadi, membuat saya tidak terlalu banyak beraktivitas di pulau ini.

Rencananya dari pulau Kepayang ini, perahu akan membawa kami semua kembali ke daratan pulau Belitung, tepatnya di pantai Tanjung Kelayang. Setelah itu kami langsung diantar menuju hotel dan kemudian acara bebas. Dikarenakan kemarin saya belum mendapatkan foto senja, saya pun mengusulkan kepada panitia untuk diadakan acara berburu senja sore itu. Panitia pun menyatakan akan memfasilitasi jika jumlah peserta mencukupi. Dan alhamdulillah, dari 40 orang rombongan laskar gerhana, 14 orang diantaranya bersedia untuk bergabung dengan saya, untuk berburu senja di pantai Tanjung Tinggi. Panitia pun akhirnya memberikan kami fasilitas dua buah mobil untuk mengantar kami kembali ke hotel dari pantai Tanjung Tinggi.

Bagi saya, keputusan untuk berburu senja di sore itu adalah keputusan yang sangat tepat. Saya akhirnya mendapatkan pemandangan senja yang sangat indah. Meskipun sore itu terdapat awan gelap yang cukup tebal di ufuk barat, tetapi senja sore itu tetaplah senja yang spesial, karena senja di hari gerhana. Salah satu bagian yang saya suka dari perburuan senja adalah saat 14 orang laskar gerhana berfoto bersama di atas sebuah batu granit besar. Ah, saya rindu persahabatan itu.

Laskar Gerhana Menikmati Senja di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Laskar Gerhana Menikmati Senja di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Senja di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Senja di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Dan perjalanan panjang selama satu hari penuh ini ditutup dengan makan bersama di warung Mie Atep yang sudah sangat termahsyur di Belitung. Mienya yang kenyal dengan kuah yang panas seolah menjadi penghangat badan setelah hampir seharian berjibaku dengan angin laut. Apalagi perut sudah dalam keadaan lapar. Benar-benar sebuah kenikmatan yang tiada tara. Alhamdulillah.

Sungguh, satu hari di tanggal 9 Maret 2016 ini menjadi sebuah perjalanan yang sangat berkesan bagi saya.

Insya Allah, cerita akan berlanjut lagi ke bagian terakhir dari postingan “Mengenang momen indah bersama laskar gerhana”.

4 thoughts on “Mengenang Momen Indah bersama Laskar Gerhana (Bagian 3)

  • 22/03/2016 at 13:46
    Permalink

    Keren bangettttttt… tapi jadi gagal fokus sama pemandangannya.. uwuwuwuwu..

    Reply
    • 22/03/2016 at 19:13
      Permalink

      Wah, jangan sampai gagal fokus, mbak, he he he. Terima kasih atas apresiasinya šŸ™‚

      Reply
    • 22/03/2016 at 19:14
      Permalink

      Itu ada cewek satu nyempil bang. Ini kebetulan cewek yang ikutan hunting foto sunset cuman satu, lainnya sudah balik ke penginapan šŸ™‚

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *