Trilogi Mercusuar Indonesia

Dua bulan yang lalu, saat kaki, tenaga dan semangatku berhasil mengantarkanku, menggapai puncak mercusuar di pulau Lengkuas, kepulauan Belitung, anganku langsung terkenang akan kisah perjalananku ketika mengunjungi Anyer, tiga tahun yang lalu dan bertandang ke pulau Madura, hampir dua tahun yang lalu. Saat itu, aku mengalami perjalanan yang sangat mirip dengan apa yang aku lakukan di pulau Lengkuas, yaitu menaklukan mercusuar.

Mercusuar Cikoneng, Anyer
Mercusuar Cikoneng, Anyer

Mercusuar di pulau Lengkuas, Anyer dan pulau Madura bisa dibilang mercusuar yang kembar identik. Desain bangunannya mirip, tingginya nyaris sama, bahan pembuatnya sama dan dicat dengan warna yang sama. Ini terjadi karena ketiganya memang dibangun di masa yang sama, yakni masa pendudukan kolonial Belanda di Indonesia. Tahun berdirinya pun berdekatan.

Mercusuar Sembilangan di Pulau Madura adalah yang tertua diantara ketiganya. Mercusuar yang terletak di ujung barat pulau Madura ini sudah berdiri sejak tahun 1879. Selanjutnya adalah mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung yang menjulang sejak tahun 1882. Terakhir adalah mercusuar Cikoneng di Anyer, Banten yang dibangun tahun 1885. Mercusuar Cikoneng ini adalah mercusuar yang memiliki sejarah paling panjang diantara ketiganya, karena selain perannya sebagai mercusuar pengganti dari mercusuar lama yang hancur akibat terkena tsunami dari letusan gunung Krakatau di tahun 1883, lokasi mercusuar ini adalah titik nol dari jalan raya pos, Anyer-Panarukan.

Mercusuar Sebalang, Madura
Mercusuar Sebalang, Madura
Mercusuar Pulau Lengkuas, Belitung
Mercusuar Pulau Lengkuas, Belitung
Mercusuar Cikoneng, Anyer
Mercusuar Cikoneng, Anyer

Keseluruhan badan ketiga mercusuar itu terbungkus rapat dari pelat yang terbuat dari baja, kecuali puncak menara yang terbungkus oleh kaca. Tingginya sekitar 75 hingga 80 meter dan terdiri dari 18 lantai. Di puncak mercusuar, terdapat anjungan kecil yang digunakan untuk mengawasi area sekitar mercusuar. Di puncak mercusuar pula terdapat lampu sorot.

Mengunjungi ketiga mercusuar yang sudah berumur lebih dari seabad itu memberikan romantisme tersendiri bagiku. Dahulu, ketika peta kepulauan indonesia belum selengkap dan sejelas masa sekarang ini, saat teknologi Global Positioning System (GPS) belum ditemukan, peran mercusuar menjadi sangat vital bagi dunia pelayaran. Kehadiran lampu sorot di atas mercusuar menjadi panduan penting bagi nakhoda kapal untuk waspada bahwa daratan sudah sangat dekat ataupun untuk waspada terhadap ancaman batu karang. Kini, meski teknologi pelayaran sudah semakin canggih, kehadiran mercusuar ternyata masih diperlukan sebagai alat bantu navigasi, terutama bagi kapal-kapal nelayan yang peralatan navigasinya belum terlalu canggih.

Bagiku, ada keasyikan tersendiri, mengunjungi sebuah mercusuar. Selain menikmati sejarah, akan ada upah yang sangat istimewa yang akan kita dapatkan sebagai pengganti keringat dan nafas yang kita kerahkan dalam rangka mencapai puncaknya. Apalagi kalau bukan sebuah pemandangan spektaluler dari ketinggian yang dibarengi dengan terpicu naiknya adrenalin.

Di Indonesia sendiri, sebagai negara kepulauan, terdapat puluhan atau bahkan ratusan mercusuar dengan berbagai bentuk yang tersebar dari Aceh hingga Papua, seperti yang tertera di web site The Lighthouse Directory. Semoga, di lain kesempatan, akan bertambah lagi jumlah mercusuar di Indonesia, atau bahkan di dunia, yang berhasil kukunjungi. Amin. Insya Allah.

3 thoughts on “Trilogi Mercusuar Indonesia

  • 19/11/2014 at 22:06
    Permalink

    saya sekali pun belum pernah naik mercusuar
    kamu keren sur 😀

    Reply
  • 29/11/2014 at 13:58
    Permalink

    Luar biasa *speechless*

    Reply
  • 14/12/2014 at 08:05
    Permalink

    Surya masuk dan naik ke dalam mercusuar itu, Sur?
    Atau hanya dari luarnya aja?
    Terus terang Sur, saya ngeri ngebayangin kalo sampe masuk dan naik ke tangga mercusuar yang setinggi itu…beberapa waktu yang lalu, ada tayangan di TV yang menunjukkan kalo si presenter sampe naik ke tangga mercusuar yang udah bolong-bolong…duh, seremnyaaaaaa!
    🙁

    Reply

Leave a Reply to bintangtimur Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *