Beautiful Bunaken

Akhir Oktober kemarin, sepasang kakiku kembali membawaku berkelana menuju salah satu pulau di bumi nusantara yang belum pernah kusinggahi. Perjalanan ini bagai sebuah mimpi yang menjadi kenyataan karena sejak lama sekali aku menginginkannya. Sebuah pengalaman yang sangat luar biasa.

Sonerkeling di Bunaken
Sonerkeling di Bunaken

Tepatnya tanggal 28 Oktober 2011 yang lalu, aku dan istriku menjejak bumi Celebes untuk yang pertama kalinya sepanjang hidup kami. Begitu pesawat Sriwijaya Air SJ 268 yang membawa kami terbang dari Surabaya mendarat di Bandara internasional Sam Ratulangi di kota Manado, hatiku langsung mengharu biru. Akhirnya, berhasil juga aku ke Sulawesi. Aku pun bisa menuliskan tanda check (v) pada Pulau Sulawesi dan kota Manado dalam daftar check list kota-kota dan pulau di seluruh Indonesia yang ingin kukunjungi sebagai bagian misiku untuk berkeliling nusantara.

Jika sebelumnya pembaca wongkentir sekalian, selalu terbiasa dengan perjalanan yang penuh perencanaan matang, mulai dari segi waktu hingga biaya, maka kali ini adalah sebuah perjalanan yang sangat tidak terencana.

Kisah berawal dari undangan yang diterima oleh istriku. Sebuah undangan untuk mengikuti seminar call for paper dan kongres ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia) dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di kota Manado. Kebetulan sepanjang tahun ini, istriku belum mengikuti satu seminar pun, (sedangkan di kampusnya, setiap dosen mendapatkan hak untuk mengikuti seminar sebanyak satu hingga dua kali untuk peningkatan kompetensinya), sehingga dia pun ingin mengikutinya.

Aku yang mendengar berita itu, serta merta langsung mupeng abis, he he he. Dan atas dasar aji mumpung, (mumpung istriku ke Manado dengan biaya dari kampusnya), aku langsung pengen ikutan. Ya setidaknya aku tinggal beli tiket pesawat PP plus airport tax-nya, sedangkan untuk hotel, makan serta transportasi nebeng istri, he he he.

Ya inilah susahnya kalau mau melancong ke dalam negeri. Biayanya sangat mahal. Untuk tiket pesawatnya saja, Surabaya Manado sekali jalan paling murah harganya 800.000. Bayangkan kalau berdua PP, berarti biayanya sekitar 3.2 juta. Itu hanya pesawatnya saja. Semoga di masa mendatang, citilink bisa menyamai (atau bahkan melebihi) hegemoni Air Asia di bidang Low Cost Carrier Transportation.

Dari bandara, kami berdua, (beserta rombongan rekan dosen istri), sudah dijemput oleh rekan-rekan panitia seminar dan kongres ISFI. Yap, seperti yang sudah direncanakan, aku nebeng, he he he. Kami langsung diantar ke hotel tempat berlangsungnya kongres.

Sesampainya di hotel, istriku langsung menuju meja daftar ulang. Selang beberapa menit kemudian dia sudah datang dengan segepok dokumen yang salah satunya jadwal seminar dan presentasi. Dari jadwal seminar itulah, kami menyusun rencana jalan-jalan. Ya, karena ini acara kampus, maka acara jalan-jalan menjadi nomor dua buat kami. Ini sebuah komitmen, karena bagaimanapun juga istriku berangkat ke Manado dengan biaya kampus.

Dari jadwal tersebut, akhirnya diputuskan kami berdua hanya akan mengunjungi Bunaken saja, di hari Sabtu pagi hingga siang. Sedangkan untuk ke kota bunga Tomohon dan Danau Tondano, mungkin aku akan mengunjunginya sendiri karena jadwal istri tidak memungkinkan.

==

Setelah daftar ulang, kami langsung menuju hotel tempat kami menginap. Meletakkan barang-barang, makan siang dan kemudian istriku kembali ke tempat kongres, untuk mengikuti acara pembukaan. Aku sendiri memilih beristirahat karena perjalanan 3 jam Surabaya Manado cukup melelahkan. Sambil beristirahat, aku menghubungi seorang pemilik kapal sewaan ke Bunaken, yang nomornya kudapat dari blog keishinta, bernama Daeng (081356230505). Setelah bertanya dan bernegosiasi aku mendapatkan harga sewa kapal 500 ribu perhari untuk kapal cepat serta ditambah 150 ribu untuk kapal Katamaran selama di Bunaken, yakni kapal yang mempunyai lantai kaca, yang digunakan untuk melihat terumbu karang dari kapal. Kapal cepat ini bisa ditumpangi hingga sekitar 8 10 orang. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Calaca atau yang juga dikenal dengan area Pasar Bersehati.

Beristirahat terlalu lama di tengah suasana traveling seperti ini benar-benar seperti membuang waktu. Karena itu, cukup 30 menit aku berguling-guling di kasur hotel, untuk kemudian mengambil kamera dan tripod. Dan kegiatan menjelajah kota Manado pun dimulai.

Lagi-lagi, karena tidak ada rencana, aku pun mengikuti kemana kaki ini melangkah. Sempat terpikir untuk pergi ke Danau Tondano. Tapi rencana dibatalkan badan masih terasa lelah. Lagipula, perjalanan ke Tondano juga memakan waktu cukup lama, sekitar satu setengah jam dari Manado. Akhirnya aku memilih untuk berkeliling kota saja, sekalian mau mencari lokasi pelabuhan Calaca.

Ternyata Manado adalah kota yang cukup ramai. Entah karena ini hari Jumat sore, jam pulang kerja, atau karena aku berada di pusat kota, atau karena memang ramai ya. Angkutan kotanya unik. Bangkunya tidak berhadap-hadapan seperti angkot-angkot di jawa, tetapi menghadap kedepan seperti tempat duduk mobil. Angkot disana juga full music dengan volume yang cukup keras. Saking kerasnya, suara musiknya terdengar hingga kamar hotelku yang terletak di lantai 5. Luarr biasa. Apa gak hancur tuh gendang telinga??

Setelah sekitar 25 menitan berjalan kaki dari hotel, dengan dibantu oleh GPS tradisional alias bertanya pada seseorang, sampailah aku di Pelabuhan Calaca. Begitu sampai disana, aku langsung mendadak jadi artis. Para penduduk sana langsung mengerubutiku. Sayangnya bukan untuk minta tanda tanganku, tapi menawarkan kapalnya untuk disewa. Mereka membuka harga sekitar 600 ribu rupiah hingga 500 ribu rupiah. Aku sendiri tidak banyak bicara karena memang aku sudah mendapatkan kapal untuk besok. Aku hanya berkata, mau lihat-lihat aja, pak. Belum ada rencana ke Bunaken.

Setelah kerumunan itu mulai mereda, dan tinggal hanya satu orang saja yang masih keukeuh mengejarku, aku pun mulai bertanya-tanya. Dan ternyata 500 ribu adalah harga standard untuk menyewa kapal cepat. Si orang itu juga membagiku nomor handphonenya (Herman 082197076642).

Dari pelabuhan Calaca, aku berjalan kembali ke hotel. Tapi melihat cuaca yang begitu bagus sore itu, aku langsung memutar langkahku untuk menuju tepi teluk manado untuk mengabadikan sunset. Alhamdulillah, I got the great sunset in my eyes.

Setelah puas mengabadikan sunset, aku kembali ke hotel. Kebetulan acara istri untuk hari ini juga sudah selesai. Dan kami menghabiskan sisa hari Jumat ini dengan beristirahat, menyiapkan energy untuk snorkeling esok hari. Satu doaku di malam itu, semoga besok cuaca cerah dengan langit membiru.

===

Keesokan harinya matahari bersinar cerah. Alhamdulillah, doaku dikabulkan Allah. Dan Alhamdulillah lagi, kami berdua mendapatkan teman untuk acara ke Bunaken pagi ini. Dua orang senior istriku di kampus ikut bergabung sekapal dengan kami ke bunaken, jadinya beban uang sewa kapal per orang bisa lebih murah.

Sesampai di Pelabuhan Calaca, kami langsung dikerubuti para calo kapal, sama seperti kemarin sore. Hanya saja jumlah orang yang mengerubuti pagi ini jauh lebih banyak. Harga yang mereka tawarkan ternyata lebih mahal daripada sore kemarin. Sekitar 700 hingga 800 ribu untuk kapal cepat. Begitu aku menyatakan sudah menyewa kapal pada Daeng, mereka langsung berhenti menawari kami dan menunjukkan seseorang yang bernama Daeng. Ternyata orangnya masih muda, ya umurnya sekitar 25 tahunan.

Sebelum berangkat, terlebih dahulu kami diantar ke ruang syah Bandar untuk membeli tiket masuk pulau bunaken, asuransi dan surat persetujuan berlayar. Total biaya semua untuk 4 orang penumpang plus 2 orang awak kapal adalah 44 ribu rupiah. Untuk perincian biayanya, maaf, aku lupa, he he he.

Perjalanan menuju pulau bunaken dengan kapal cepat memakan waktu sekitar 45 menit. Ombak di teluk manado pagi ini cukup tenang, hanya saja karena kapal kami kecil, maka ombak itu juga lumayan terasa juga, meski tidak sampai membuat mabuk. Sesekali mesin kapal terpaksa berhenti di tengah laut karena ada masalah dengan aliran bahan bakar. Kejadian yang cukup membuat adrenalin kami berempat meninggi, he he he. Tapi lama kelamaan, kami pun akhirnya terbiasa juga.

Setelah lebih dari 45 menit berlalu, akhirnya sampailah kami di perairan sekitar Pulau Bunaken. Subhanallah, laut yang sangat indah. Airnya bening dan menghijau. Tanda bahwa laut di sekitar pulau adalah laut dangkal. Sebelum bersandar ke Pulau, kami pindah dulu ke kapal katamaran. Kapal ini cukup besar dengan ada kotak kaca di dasar kapal yang digunakan untuk mengamati keindahan taman laut bunaken yang sudah tersohor hingga mancanegara itu.

Dari kaca katamaran tersebut terlihat bahwa ternyata taman laut bunaken ini bentuknya tidak datar seperti di karimun jawa yang sudah pernah kukunjungi sebelumnya, melainkan berupa tebing curam yang cukup dalam. Pada dinding tebing bunaken terdapat beberapa goa-goa yang sangat indah dengan berbagai macam terumbu karang tumbuh disana. Jadi jika kita menikmati taman laut karimun jawa, terumbu karangnya itu ada di bawah kita, maka jika kita berwaisata air di Bunaken, terumbu karang itu bisa berada di samping badan kita.

Ikan-ikan kecil dengan corak dan warna yang beraneka ragam, menambah keindahan taman laut yang merupakan ikon utama propinsi Sulawesi Utara ini.

Jika ingin menikmati bunaken seutuhnya, ada satu syarat yang harus dipenuhi, kita harus bisa diving alias menyelam. Karena letak keindahan bunaken justru di dasar lautnya. Jika hanya snorkeling saja, itu kurang. Dan malangnya, aku tidak bisa diving.

Untuk sewa satu set alat snorkeling mulai dari baju katak, google dan fin, dikenai biaya 150 ribu rupiah. Kalau peralatan diving lengkap dengan tabung oksigennya, aku kurang tau, karena belum sempat tanya.

Karena istri tidak bisa berenang, takut air serta males nyebur, jadinya aku snorkeling sendiri. Sementara aku snorkeling, istriku dan dua orang seniornya berbelanja souvenir di pulau bunaken. Setelah puas bersnorkeling ria, saatnya wisata jeprat-jepret alias memuaskan hobi fotografi.

Sekitar jam 11 siang, kami kembali ke Manado. Sebenarnya ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu di Bunaken, tapi karena jam 1.30 siang istri ada jadwal presentasi, maka kami harus segera kembali. Meski sebentar, aku cukup puas, terutama karena sepanjang kami berada di bunaken ini, cuaca sangat cerah dengan langit yang membiru.

Sesampainya di Manado, istri langsung mempersiapkan diri untuk presentasi dan berangkat menuju tempat kongres, sedangkan aku langsung merebahkan diri di kasur. Snorkeling selama dua jam tadi cukup melelahkan juga. Karena terlalu lelah, rencana ke Tomohon pun aku batalkan. Sayang memang, sudah jauh-jauh sampai Manado, tapi mau bagaimana lagi, badan ini rasanya sangat lelah.

Malamnya, kami berburu oleh-oleh di Merciful Building. Magnet kulkas bergambar bunaken adalah souvenir wajib yang harus kami beli kala traveling. Disini juga terdapat berbagai macam hasil kerajinan tangan mulai dari gantungan kunci, kaus dan lain-lain. Jangan lupa pula untuk membeli Klapetaart, oleh-oleh khas manado. Tapi hati-hati kalau membelinya. Bagi yang muslim, pastikan dulu klapertaart yang anda beli sudah mendapat sertifikasi Halal dari MUI, karena ditakutkan ada campuran Rhum yang digunakan dalam pembuatan klapertaart.

===

Hari Minggu adalah hari terakhir kami pada kunjungan pertama kami di Manado ini. Pagi harinya, aku mengajak istriku jalan-jalan menuju pantai untuk melihat keindahan teluk Manado di pagi hari. Benar-benar sangat indah. Air lautnya sungguh jernih. Apalagi cuaca pagi itu sangat cerah, sehingga laut dan langit tampak membiru.

Puas menikmati laut, kami pun kembali ke hotel untuk berkemas. Sementara aku berkemas, istri menuju ke tempat kongres untuk mengikuti acara penutupan. Tepat pukul 11.00 WITA, kami meluncur ke Bandara Sam Ratulangi untuk kemudian lanjut naik pesawat Lion Air JT 749 untuk pulang kembali ke Surabaya.

Manado dan Bunaken memang cantik. Sooner or later, insya Allah aku akan kembali ke Sulawesi Utara. Sebelumnya aku sudah meniatkan diri untuk berlatih menyelam demi bisa menikmati keindahan taman laut Bunaken di kunjunganku selanjutnya di sana.

Tips:

Jika ingin ke Bunaken dan ramai-ramai, mending naik kapal besar. Harga sewa sekitar 800 ribu hingga 1,5 juta, tapi daya tamping bisa sampai 20 orang. Sudah lengkap dengan kaca untuk melihat pemandangan bawah laut. Hanya saja kecepatan sedikit lebih lambat daripada kapal cepat.

Kapal cepat itu kapalnya kecil. Bagi yang sedikit phobia dengan laut, mending naik kapal besar.

Jika ingin menyewa kapal cepat, datanglah ke pelabuhan calaca sehari sebelumnya dan diusahakan pada sore harinya. Ini karena ketika sore hari sebelum keberangkatan, harga yang ditawarkan lebih murah. Pengalaman ketika tanya harga sore hari, ditawari harga 500 600 ribu untuk kapal cepat, sedangkan ketika pagi hari pas beberapa menit sebelum keberangkatan, harganya bisa melambung antara 700 800 ribu.

Waktu terbaik ke Bunaken adalah pagi hari. Selain ombak yang masih tenang, jika ingin berfoto dengan latar belakang gunung Manado Tua, waktu pagi akan menghasilkan foto yang lebih baik dibanding siang ataupun sore hari.

Mempunyai keahlian berenang, (atau bahkan menyelam), karena bagian terindah dari bunaken adalah di dasar lautnya.

Membawa kamera underwater. Saat ini produsen kamera seperti Canon, Nikon, Sony ataupun Olympus sudah mempunyai produk kamera khusus underwater.

11 thoughts on “Beautiful Bunaken

  • 24/11/2011 at 16:19
    Permalink

    Indah Sur!

    Menyenangkan sekali mengikuti blog sampean, jadi iri pengen jalan-jalan mulu. Tips-tipsnya oke juga tuh Sur buat dipraktekin.

    selanjutnya kemana nih?

    “Kemana ya Dan.. Ya ke tempat dimana maskapai penerbangan ngasih harga murah, he he he”

    Reply
  • 25/11/2011 at 10:56
    Permalink

    juara!!!
    saya belum pernah ke celebes, borneo juga 😀

    mahal juga ya sur sewa kapalnya.

    eniwei, nicely captured tuh sunset n lenskeps

    bravo!

    “Thanks Depz.. Tinggal giliran lombok nih yang belum.. Kapan ya…”

    Reply
  • 25/11/2011 at 11:38
    Permalink

    Top markotop!
    Jadi pengen nebeng Surya kalo jalan-jalan keliling Nusantara…hehe, efektif dan efisiensi waktunya itu bener-bener juara deh!

    Ngomong-ngomong, saya juga belum pernah ke Manado apalagi Bunaken. Dan berhubung saya nggak bisa berenang blas, kayaknya saya juga nggak mau nyebur ke air ah…cukup lihat-lihat dasar laut lewat kaca tembus pandang itu 😀

    Suryaaaa, saya juga waktu menyeberangi danau Toba ferry-nya sempet mogok di tengah danau, uhhh…bener-bener bikin parno, saya langsung menatap pelampung, siapa tau diperlukan, saya akan langsung loncat duluan…hehehe

    “Wah.. sama mbak, waktu mogok, aku langsung ngelirik ke pelampung.. Siap-siap.. Belum lagi karena kapalnya kecil, rasanya gak enak banget di perut kala diombang-ambingkan ombak.. Untungnya semua berjalan lancar. Alhamdulillah :)”

    Reply
  • 25/11/2011 at 11:39
    Permalink

    Foto-foto pemandangannya bagus banget, Surya…
    Kesannya bersih dan seger, pantai banget pokoknya!
    😀

    “Karena bersih itulah mbak, bawaannya pengen nyemplung.. :)”

    Reply
  • 25/11/2011 at 23:50
    Permalink

    ayayayaiii. jalan lagi?

    iri. apalagi kesempatan jalan-jalannya dateng dari pasangan. ongkos kapalnya aja nggak cocok buat kantong mahasiswa seperti saya, mas. nanti kapan-kapanlah.. hihihihihi

    foto-fotonya keren mas 🙂

    Reply
  • 04/01/2012 at 14:14
    Permalink

    keren ya…bunaken
    salam kenal (keke salam kenal di blog walau dunia nyata sekantor ;p)
    *lagi blogwalking ke bloggersnya PJB niy 😀
    mas surya diupdate linknya (PJB bloggers) tambahin blogku ;p

    “wah, ada blog juga ya rin.. siap di pasang linknya.. :)”

    Reply
  • 25/01/2012 at 16:22
    Permalink

    huhuhu… hape buatku ngiri. Udah berhasil menjelajah ke hampir seluruh Indo n going abroad. Itu dah enaknya kl tinggal sekali terbang aja.
    Gak kek aku yg musti loncat dl ke Surabaya kl mo ke mana2… BIL ini blm ada tambahan maskapai sie.. huhuhu…
    Ayo, Pe.. Next trip: LOMBOK!!! Must see it..

    Reply
  • 19/09/2012 at 13:44
    Permalink

    cobain ke pulau derawan,maratua di berau..kalimantan timur.keren bgt sob..!! 🙂

    “Siap mbas… Sudah mupeng dari dulu sama derawan :)”

    Reply
  • 01/03/2013 at 03:34
    Permalink

    Jujur nyesek saya baca Artikel ini … serasa … saya pengen kaya kamu mas … bisa ke menado sama istri berdua …
    saya sudah setahun menjalin hub.LDR dengan seorang cewek di manado sana … saya sendiri di Kota SOLO jawa tengah … sampai sekarang saya belum bisa menemuinya karena terkendala dana … karena terlalu lama menunggu akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hub.kami seminggu yg lalu …

    “Ikut bersimpati mas.. Semoga tetap sabar ya”

    Reply
  • 03/06/2016 at 10:01
    Permalink

    Terimakasih atas informasinya benar benar sangat bermamfaat jika kita dapat mengetahui tempat wisata yang menarik dan penuh dengan suasana baru

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *