Menjelajahi Istana Topkapi, Istanbul

Gerbang istana yang saat ini tertangkap bola mata saya, sungguh sangat megah dan tinggi. Pintunya berbentuk kubah melengkung dengan dua menara beratapkan kerucut di sisi kanan dan kiri pintu. Sekilas, saya melihat istana ini seperti istana yang sering digambarkan di film-film yang bertemakan dongeng klasik percintaan antara pangeran dan putri. Pemandangan pohon yang meranggas di sekitarnya, menambah kesan klasik dari bangunan pintu gerbang ini.

Gerbang Istana Topkapi, Istanbul, Turki
Gerbang Istana Topkapi, Istanbul, Turki

Saat ini saya baru saja menginjakkan kaki di kawasan sultanahmet, Istanbul, Turki. Dan istana yang didepan saya ini adalah Istana Topkapi, atau dalam bahasa Turki, Topkapi Sarayi. Istana Topkapi adalah peninggalan dari masa kejayaan kerajaan Turki Ustmani atau Ottoman Empire. Istana Topkapi mulai dibangun sejak abad ke-15, tepatnya di tahun 1459, atau enam tahun setelah Mehmet the Conquer atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Muhammad Al Fatih, melakukan penaklukan kota Konstatinopel dari kekuasaan kerajaan Byzantium.

Read more

Bersujud di Blue Mosque, Istanbul

Baru saja saya menunaikan sholat dzuhur berjamaah, dan sekaligus jama’ sholat ashar, ketika sahabat baru saya, teman seperjalanan, Pak Rizal menghampiri saya. Beliau menjabat tangan saya dan dengan reflek, saya pun memeluk beliau. Saya merasakan ada perasaan haru dari Pak Rizal, yang mana, saya pun merasakannya.

Blue Mosque, Istanbul
Blue Mosque, Istanbul

“Alhamdulillah, salah satu impian saya terwujud hari ini, bisa sholat di blue mosque”, ujar Pak Rizal sambil tak henti-hentinya mengucap kalimat tahmid.

“Iya Pak, Alhamdulillah ya, kita diberi kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi salah satu masjid yang memiliki sejarah panjang di dunia islam,” ujar saya. Tidak terasa, mata saya pun berkaca-kaca.

Blue mosque, yang mempunyai nama asli sultanahmet mosque, adalah masjid terbesar di seantero Turki. Blue Mosque adalah peninggalan dari kekhalifahan Turki Ustmani alias Ottoman. Masjid ini berdiri sejak awal abad ke-17, tepatnya di sekitaran tahun 1616, pada masa pemerintahan Sultan Ahmed I. Disebut masjid biru karena masjid ini berhiaskan keramik-keramik berwarna biru yang menutupi dinding dan kubahnya.

Read more

Menjelajah Turki Melalui Miniaturk Park, Istanbul

Luas dan cantik, itulah komentarku saat menyaksikan panorama Miniaturk untuk pertama kalinya. Miniaturk adalah taman miniatur yang berlokasi di kota Istanbul, Turki. Miniaturk dibangun di atas lahan seluas 60 ribu meter persegi, dengan 25%-nya diperuntukkan untuk model miniatur. Hingga awal tahun 2018 ini, terdapat 134 model miniatur yang dibuat di Miniaturk dengan skala 1/25 dari ukuran asli bangunannya.

Pemandangan Miniaturk dan Kota Istanbul
Pemandangan Miniaturk dan Kota Istanbul

Slogan dari Miniaturk dalam bahasa Turki adalah “Büyük Ülkenin Küçük Bir Modeli” yang kalau di terjemahkan artinya “sebuah miniatur dari negara besar”. Miniaturk memang seperti sebuah etalase dari Turki. Model miniatur yang dibuat di Miniaturk menggambarkan seluruh peradaban apa saja yang pernah mendiami wilayah Turki, mulai dari masa Yunani kuno, masa kekaisaran Romawi dan juga Byzantium, hingga masa kekuasaan kekhalifahan Turki Ustmani yang berlanjut dengan era sekulerisme Republik sekarang ini. Dari masa Yunani kuno, ada miniatur Celcus library of Ephesus, Pamukkale – Hierapolis. Kemudian dari masa kekaisaran Romawi terdapat Temple of Augustus dan Maiden Castle. Beranjak ke masa Byzantium, terdapat miniatur dari Haghia Sophia yang awalnya dibangun sebagai gereja, Galata Tower, yang dulunya merupakan bangunan tertinggi di masanya. Dari masa kekhalifahan Turki Ustmani atau yang biasa dikenal dengan Ottoman Empire, terdapat cukup banyak miniatur mulai dari Sultanahmet Mosque (Blue Mosque), Izmir Clock Tower, Topkapi Palace ataupun Bursa Grand Mosque. Kemudian terakhir, di masa Republik Turki terdapat miniatur dari gedung parlemen, Taksim monument, bandara internasional Ataturk serta mini stadion.

Read more

Sebuah Pelajaran dari Kegagalan Menikmati Hot Air Balloon Cappadocia

Salah satu kekecewaan bagi saya dalam perjalanan ke Turki, bulan Maret 2018 silam adalah gagal naik balon udara atau hot air balloon di Cappadocia. Hal ini disebabkan kondisi cuaca, utamanya kecepatan angin, yang tidak kondusif sehingga dinyatakan tidak aman bagi penerbangan balon udara.

Pemandangan Matahari Terbit di Cappadocia Yang Gagal Saya Nikmati (Foto dari flickr.com)
Pemandangan Matahari Terbit di Cappadocia Yang Gagal Saya Nikmati (Foto dari flickr.com)

Sebenarnya saya tidak pantas untuk kecewa, karena larangan terbang ini semua demi keselamatan semua wisatawan. Tapi, dengan posisi saya yang sudah begitu dekat dengan Cappadocia, tetap saja, hal ini terasa menyesakkan.

Suasana Yang Bisa Saya Nikmati Andai Terbang Dengan Hot Air Balloon Cappadocia (Foto flickr.com)
Suasana Yang Bisa Saya Nikmati Andai Terbang Dengan Hot Air Balloon Cappadocia (Foto dari flickr.com)

Hal utama yang menjadi penyebab kekecewaan saya adalah ekspektasi. Salah satu tujuan utama saya dalam perjalanan ke Turki ini memang menikmati penerbangan balon udara di Goreme, Cappadocia. Saya sudah bermimpi bakal menikmati pemandangan matahari terbit terindah dalam hidup saya yang kemudian dilanjutkan dengan sajian panorama Cappadocia yang spektakuler dengan latar belakang ratusan balon udara, seperti yang saya saksikan di foto maupun vlog. Saya sudah membayangkan bakal mengabadikan secara utuh melalui video dan juga foto, perjalanan saya dari hotel menuju kawasan tempat penerbangan balon udara, dari sejak awal balon take off hingga pendaratan. Tapi semua mimpi itu kemudian gagal terwujud, dan saya pun kecewa.

Read more

Sebuah Cerita Dari Booming Pariwisata di Cappadocia

Pernah dengar cerita orang Indonesia yang menjual atau mungkin menyewakan jangka panjang, pulau-pulau kecil nan eksotis di seantero nusantara kepada orang asing untuk kemudian dibangun private resort atau pusat wisata skala internasional. Atau mungkin pernah dengar cerita bukit atau gunung yang ditambang tanahnya hingga bukit atau gunung itu sudah tidak berbentuk bukit lagi. Tanah yang ditambang ini kemudian dijual ke negara lain sebagai bahan untuk membangun gedung ataupun reklamasi. Alasan yang sangat kuat dibalik semua ini tentu saja masalah ekonomi. Booming pariwisata ataupun booming reklamasi, membuat pemilik pulau atau tanah rela melepaskannya demi pundi pundi uang.

Sebuah pemandangan di Cappadocia
Sebuah pemandangan di Cappadocia

Kejadian seperti ini, ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Salah satunya terjadi di Turki, tepatnya di kawasan Goreme, Cappadocia. Goreme dikenal memiliki deretan perbukitan batu yang sangat indah. Perbukitan ini dibentuk bukan oleh tangan manusia, namun oleh alam, sehingga bukit batu ini memiliki keunikan dengan bentuknya yang berbeda-beda antara satu sama lain. Bukit batu ini kemudian digali sehingga terbentuklah ruang-ruang didalam bukit. Bahkan beberapa ruangan terletak di bawah tanah. Ruang-ruang ini kemudian difungsikan sebagai ruang tamu, kamar tidur hingga dapur sehingga bukit batu ini pun menjadi rumah. Beberapa bukit batu tidak hanya difungsikan sebagai rumah, tetapi juga sebagai tempat pertemuan, pemakaman dan juga tempat ibadah. Sekilas, ketika tengah berada di Goreme ini, rasanya seperti tengah menyelami kehidupan jaman batu ala Fred dan Wilma di film kartun, The Flinstones.

Read more