Standard Kepuasan Berwisata, Sebuah Catatan

“Hei kid”, sapa seseorang sambil menepuk bahu saya. Saya menoleh ke arahnya sambil tersenyum. Tampak seorang berwajah khas eropa, dengan kulitnya yang kecokelatan karena terbakar matahari. Dia hanya mengenakan celana pendek saja, sehingga nampak badannya yang kekar, meskipun di beberapa titik sudah terlihat ada keriput di kulitnya. Beberapa butir pasir, masih menempel di sekujur badannya. Saya menerka, si bapak bule ini sudah berusia di atas 50 tahun.
“Hei, how are you, sir”, ujar saya balik menyapa.
“Do you enjoy today?”, tanyanya lagi.
“Yeah, of course. James bond island is so beautiful and I got so many beautiful picture here,” sahut saya sambil menunjukkan kamera.

James Bond Islang, Phang Nga Bay, Thailand
James Bond Islang, Phang Nga Bay, Thailand

Dia mengernyitkan dahi.

Read more

My First Flying

Hari ini tiba-tiba terkenang cerita penerbangan pertama. Saya pernah menulis ceritanya di blog lama, dan tidak ada salahnya di repost ke blog ini. Banyak hal menarik yang saya baca dari cerita ini, baik dari sisi konten cerita, maupun cara saya menuliskan kisahnya. Ya ini adalah proses belajar saya untuk menulis. Cerita ini sekaligus nostalgia hidup. Kisah ini saya tulis, hanya berselang sehari dari penerbangan pertama saya, jadi saat itu, suasana penerbangan perdana itu masih sangat fresh di benak saya. Adapun cerita adalah sebagai berikut.

Tiket pesawat perdana saya
Tiket pesawat perdana saya

Penerbangan pertama saya terjadi 12 tahun silam, tepatnya pada tanggal 30 Maret 2006 pukul 7 lebih 5 menit. Saat itu saya terbang bersama pesawat boeing 737 seri 300 milik maskapai Air Asia dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta, menuju bandara Juanda, Surabaya. Itu adalah kali pertama kaki saya tidak menjejak di Bumi.

Read more

Percikan Cahaya di Kota Madinah

Sholat Maghrib baru saja usai. Ketenangan Masjid Nabawi yang sedari tadi terasa, pun berubah menjadi riuh karena langkah serta suara para jamaah sholat Maghrib yang mengantri keluar Masjid. Meski suasana hiruk pikuk sangat terasa, tetapi kondisi sangat tertib.

Masjid Nabawi di Waktu Petang
Masjid Nabawi di Waktu Petang

Saya sendiri saat itu memutuskan untuk bertahan di Masjid Nabawi hingga waktu Sholat Isya’ tiba. Selain karena jarak waktu antara sholat maghrib dan Isya’ yang relatif sempit, saya juga ingin mengistirahatkan kaki sejenak karena terasa cukup pegal setelah seharian menjelajahi Masjid Nabawi dan sekitarnya. Perut juga belum terasa lapar, karena sebelum sholat Maghrib tadi, dua gelas air zam-zam sudah membahasi kerongongan dan lambung.

Suasana masjid Nabawi begitu nyaman untuk I’tikaf. Selain suhu udara yang sejuk, hasil dari kolaborasi penyejuk udara yang terpasang di setiap tiang masjid, permadani yang terhampar di hampir setiap jengkal masjid sangat tebal, sehingga terasa empuk.

Read more

Meniti Kabut di Candi Cetho

Salah satu tempat terbaik untuk menikmati suasana kabut di Indonesia adalah di Karang Anyar, Jawa Tengah. Tepatnya di area komplek Candi Cetho, sebuah Candi Hindu yang diyakini sebagai salah satu peninggalan dari kerajaan Majapahit, yang berjarak sekitar 10 menit perjalanan dari Kebun teh Kemuning. Dengan lokasinya yang terletak di dataran tinggi, tidak mengherankan kalau hampir setiap hari, di suatu waktu, kabut akan turun, menyelimuti area candi, yang merupakan salah satu pos awal dari pendakian menuju Gunung Lawu.

Kabut Di Candi Cetho
Kabut Di Candi Cetho

Kedatangan kabut di Candi Cetho sangatlah tiba-tiba. Seperti saat saya dan beberapa rekan berkunjung kesana di sekitar awal Oktober 2016 silam. Saat kami sampai di pelataran parkir Candi, suasana masih relatif baik dengan jarak pandang normal. Setelah membeli tiket dan sampai di pintu masuk candi, suasana pun masih kondusif. Ketika tengah asyik mengabadikan gambar demi gambar, mendadak kabut turun. Semakin lama kabut turun semakin pekat dengan memberikan hawa yang semakin dingin. Jarak pandang pun menjadi sangat pendek, dengan perkirakan hanya sekitar 5 meter saja. Gerbang candi yang baru saja kami lewati sekitar lima meter, kini hanya tampak samar-samar saja.

Read more

2016 Tahun Penuh Warna untuk Blog SuryaHardhiyana

Hampir kebanyakan para blogger biasanya menyempatkan diri untuk membuat tulisan akhir tahun. Selain sebagai sarana untuk bernostalgia dengan blog selama setahun terakhir, tulisan akhir tahun juga bisa sebagai media untuk merangkum segala macam pemikiran, ide, sikap yang pernah terlintas dalam benak seorang blogger dan sempat tertuang dalam tulisan di blog. Bagi blogger yang memiliki prestasi, catatan akhir tahun bisa juga wadah untuk mengenang berbagai macam pencapaian yang sudah diraih dalam setahun terakhir.

Kenapa pada baris pertama postingan ini ada kata “Hampir”? Karena tidak semua blogger melakukan itu. Dan salah satunya adalah saya. Sebagai blogger angin-anginan, saya tidak menyempatkan sebuah waktu khusus untuk ngeblog. Jika ada ide, maka segera menulis. Kalau enggak ada ide, ya sudah. Nah, dalam beberapa tahun selama ngeblog, tidak pernah ada ide yang masuk di sekitaran akhir Desember, jadilah saya tidak pernah membuat Catatan Akhir Tahun, he he he.

Tapi, untuk tahun 2016 ini sedikit berbeda. Sejak pertengahan Desember yang lalu, saya sudah merencanakan untuk membuat sebuah postingan di akhir tahun, karena saya melihat, dalam tahun 2016 ini, terdapat berbagai transformasi pada blog saya. Perubahan yang kecil sebenarnya, tetapi karena hal-hal ini semua adalah hal yang pertama bagi saya, maka bagi saya perubahan ini cukup besar.

Read more