Menjelajah Perairan Utara Belitung

Pulau Batu Berlayar, Belitung

————

“Jika Inggris punya Stonehenge, Indonesia punya gugusan bebatuan Belitung”

————

Mungkin tidak ada pantai di dunia ini yang memiliki keunikan seperti pantai yang sempat kukunjungi sekitar sebulan yang lalu, di hari minggu, di akhir agustus 2014. Jika biasanya, pantai yang eksotis itu identik dengan kombinasi air laut yang jernih dan berwarna hijau toska, garis pantai yang panjang serta pasir pantai yang putih dan lembut, maka untuk pantai yang satu ini berarti statusnya adalah eksotis plus, karena selain memiliki syarat tiga hal yang sudah disebutkan diatas, pantai di sebuah pulau yang terletak di utara laut jawa ini juga dihiasi oleh gugusan bebatuan hitam yang ukurannya super jumbo. Itulah kiranya anugerah yang diberikan oleh Allah kepada pulau Belitung, selain timah tentunya yang sejak dulu menjadi komoditas utama pulau.

Pemandangan Pulau Lengkuas dari atas Mercusuar
Pemandangan Pulau Lengkuas dari atas Mercusuar

Hari itu adalah kali pertama aku melangkahkan kaki di pulau yang sekarang dikenal sebagai Pulau Laskar Pelangi itu. Dan seketika itu aku langsung jatuh hati pada kemolekan pantai-pantainya.

Read more

Rajutan Mimpi bernama Belitung

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

————

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”

— Andrea Hirata —

————

Enam tahun lalu, simpul-simpul mimpi itu mulai terajut perlahan demi perlahan. Semua berawal dari sepasang bola mataku yang mengirimkan rekaman demi rekaman adegan yang tersaji dihadapanku ke otakku. Oleh pusat pengendali sarafku, rajutan mimpi yang belum sempurna itu disimpan dengan nama file Belitung di salah satu relung otakku.

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Enam tahun lalu. Ketika itu aku terduduk nyaman di sebuah sofa empuk berwarna merah, di ruangan besar yang temaram dan dingin. Ada puluhan lampu terpasang di atap ruangan, tapi hanya sebagian kecil saja yang dinyalakan. Dihadapanku, terhampar layar putih yang cukup lebar, hingga hampir menutupi satu sisi dinding.

Enam tahun lalu, sebuah lakon diputar di atas permukaan kain yang terbentang itu. Adegan dimulai dengan menampilkan seseorang berusia sekitar 30 tahunan yang tengah menumpang sebuah bus. Pandangannya terlempar ke arah panorama semak belukar kering yang tumbuh liar di tepi jalanan.

Read more

Kilauan Liukang Loe

Pantai di Pulau Liukang

————

“Sudah sampai di Tanjung Bira? Tambahkan satu lagi jumlah pulau di bumi ini yang telah kalian jejak dengan mengunjungi Liukang Loe”

————

Deru mesin kapal terdengar merdu di telingaku. Suaranya bersahut-sahutan dengan kecipak gelombang laut yang terhantam badan kapal. Diantara riak-riaknya, sesekali air laut melompat masuk kedalam kapal. Mereka memercikkan diri ke bajuku seolah-olah ingin berkenalan. Aku hanya tersenyum. Aku balas salam mereka dengan memasukkan telapak tanganku kedalam laut. Hmm, sekarang kami sudah resmi berkawan.

Pemandangan Pulau Liukang Loe
Pemandangan Pulau Liukang Loe

Baru beberapa menit yang lalu aku, istri dan kedua adikku masih menjejak kaki di pulau Sulawesi. Tapi sekarang kami sudah berada di dalam sebuah kapal yang tengah melaju membelah perairan selatan Sulawesi. Ada dua buah pulau kecil yang tersembul disana. Salah satunya, konon, mempunyai pantai yang tidak kalah indahnya dengan Tanjung Bira. Pulau Kambing dan Pulau Liukang Loe, itulah tujuan kami menyewa kapal seharga 300 ribu rupiah untuk berlayar.

Read more

Terpana di Tanjung Bira

Pantai Tanjung BIra, Bulukumba, Sulawesi Selatan

————

“Jika Bali atau mungkin Lombok sudah terlalu mainstream, maka coba datanglah ke ujung selatan pulau Sulawesi. Datanglah ke Tanjung Bira”

————

Di suatu sore yang sedikit berawan, kubiarkan kaki-kakiku bertelanjang tanpa alas. Aku bebaskan mereka dari belenggu yang selama ini membatasi sentuhan langsung mereka dengan kulit bumi. Aku paparkan pori-pori telapak kakiku dengan bulir-bulir pasir pantai yang berserakan itu. Sungguh, ini untuk pertama kalinya aku merasakan pasir yang selembut itu. Rasanya kakiku seperti menginjak sebuah adonan tepung.

Pantai Tanjung BIra, Bulukumba, Sulawesi Selatan
Pantai Tanjung BIra, Bulukumba, Sulawesi Selatan

Selain pasirnya yang putih dan lembut, airnya juga jernih. Saking beningnya, warna air laut disini tampak kehijau-hijauan. Satu lagi kekhasan dari pantai ini adalah adanya tebing-tebing karang setinggi sekitar 10 meter yang menghias bibir pantai. Bagian bawah dari tebing-tebing ini berbentuk cerukan yang disebabkan oleh hantaman gelombang air laut saat pasang.

Salah satu bagian menarik, di beberapa bagian tebing dibuat tangga yang mengarah langsung ke laut. Dengan air laut yang jernih kehijauan, sekilas tangga itu tidak seperti menuju ke laut, melainkan kolam renang. Sebuah kolam renang yang tak berbatas dan tak bertepi.

Pemandangan di Tanjung Bira, Bulukumba
Pemandangan di Tanjung Bira, Bulukumba

Hmm, Pantai ini memang bukan pantai biasa. Dengan berbagai keindahan yang ditawarkan, tak salah kiranya jika pantai yang satu ini layak disebut surga. Yap, selamat datang di Pantai Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan.

Read more

Menatap Senja (Tak) Sempurna di Pulau Merah

Senja di Pulau Merah, Banyuwangi

Sore itu langit tampak mendung. Awan gelap berarak menggumpal-gumpal di ufuk barat. Angkasa menghitam. Hanya menyisakan sedikit saja ruang untuk warna lain berpendar. Wajarlah sebenarnya. Bulan ini memang bulan dimana musim penghujan datang. Bahkan katanya di musim ini curahnya paling tinggi. Januari. Orang sering memplesetkannya dengan hujan berhari-hari. Beberapa jam yang lalu pun hujan baru saja mengguyur daerah ini. Tapi saat ini sudah reda, tinggal menyisakan rintiknya saja.

Senja di Pulau Merah, Banyuwangi
Senja di Pulau Merah, Banyuwangi

Dibawah senja kelabu, aku terduduk di bawah pohon. Entahlah pohon apa namanya, aku belum mengenal spesiesnya. Di sekitarku berserakan pasir berwarna kecokelatan, terbentang sejauh lebih dari 3 km. Di hadapanku laut terhampar. Ombaknya tampak riang. Mereka menari-nari dan bergulung-gulung hingga setinggi sekitar 2 meteran menjelang bibir pantai. Nun jauh di sana, samar-samar tampak beberapa tebing batu berserakan muncul ke permukaan laut. Buih ombak mengaburkan sedikit keberadaan mereka.

‘Hmm, cantik sekali pantai ini,’ batinku.

Tapi bukan ombak itu yang membuatku terpesona. Di Bali, Lombok ataupun di pantai-pantai lainnya, banyak ditemui ombak besar dan kuat seperti itu. Tidak pula gugusan tebing batu yang berserakan itu, karena jaraknya cukup jauh dari bibir pantai, sehingga tidak begitu terasa kecantikannya.

Justru pemandangan sebuah bukit berbentuk kerucut yang seolah-olah tumbuh menjulang dari bibir pantai itulah pesona dari pantai ini. Orang-orang sekitar pantai ini menyebut bukit itu Pulau Merah.

Read more