Picture Story : Pulang

Kala mentari baru saja memancarkan sebagian energinya. Kala sisa-sisa dinginnya angin malam masih terasa menembus kulit. Kala nadi pasar terapung masih berdenyut di antara riak-riak sungai kuin yang berwarna kecokelatan. Kala itu, sepasang mataku menatap lekat seorang ibu yang tengah mengayuh jukungnya di belantara sungai kuin yang sangat luas.

Pulang
Pulang

Tidak ada yang istimewa dari ibu itu sebenarnya. Pakaiannya, jukungnya, bedak dinginnya, hampir sama dengan ibu-ibu pedagang lain yang meramaikan suasana pagi di pasar terapung muara kuin. Yang membuat dirinya beda adalah kenyataan bahwa ibu itu mendayung jukungnya justru menjauhi keramaian pasar. Tatkala pasar masih sangat riuh oleh transaksi, dia justru pergi meninggalkannya.

Pulang, itulah tak lain tujuannya. Purna sudah tugasnya di hari ini. Sekeranjang jeruk, dua keranjang kesemek dan lima sisir pisang yang menjadi penumpang jukungnya sejak pagi masih buta beberapa jam yang lalu hanya tinggal menyisakan dua sisir pisang. Dua sisir pisang itu sekarang ditemani oleh beberapa ikat sayuran, lima kilo beras serta sedikit pundi-pundi rupiah.

Read more

Menyambut Pagi di Pasar Terapung Muara Kuin

Pagi itu, adzan subuh baru saja berkumandang sekitar 20 menit yang lalu di kota seribu sungai, Banjarmasin. Suasana masih sangat gelap. Di ufuk timur, matahari belum menampakkan diri secara utuh. Yang tampak hanyalah semburat jingganya.

Di hari yang masih gelap itu, aku dan teman-temanku sudah berada didalam mobil untuk memulai perjalanan menjelajahi ke-eksotisan budaya Kalimantan Selatan. Yap, pagi ini, kami ingin menikmati riuhnya Pasar Terapung Muara Kuin. Pasar ini terletak di sungai kuin, salah satu anak sungai Barito. Mata kami semua sebenarnya masih sangat berat untuk terbuka. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah satu-satunya cara untuk bisa melihat eloknya pasar terapung muara kuin.

Pasar terapung muara kuin mulai beroperasi dari jam 6 pagi hingga sekitar jam 8 atau maksimal jam 9 pagi. Jadi jika kami berangkat dari hotel agak siang dikit, dijamin, begitu kami sudah sampai lokasi, yang kami temukan mungkin hanyalah sisa-sisa pasar atau bahkan sudah tiada lagi pedagang disana.

Read more

First Step at Borneo

Sepasang kaki wongkentir akhirnya mendarat di pulau Borneo. Lagi-lagi tugas dari kantor membawaku terbang menjelajah, menapaki satu lagi sebuah gugusan pulau yang terhampar di bumi Allah ini. Alhamdulillah. Ini adalah sebuah rahmat dan kesempatan yang luar biasa buatku.

Bandara Syamsuddin Noor, pintu gerbang Banjarmasin dan Kalimantan Selatan
Bandara Syamsuddin Noor, pintu gerbang Banjarmasin dan Kalimantan Selatan

Jejak langkah pertamaku di bumi Kalimantan ini tercipta di Apron Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Hari itu adalah Senin, 6 Agustus 2012. Cuaca yang cukup panas dan menyengat di pertengahan bulan Ramadan 1433 H menyapaku dengan ramah begitu keluar dari pintu pesawat Sriwijaya Air. Satu jam lamanya pesawat ini membawaku terbang melintasi laut jawa, dari Surabaya menuju Banjarmasin.

Ku hirup dalam-dalam oksigen yang terhampar disitu dan kubiarkan mereka bergerak bebas mengisi relung-relung nafasku. Sesaat setelah itu, aku melihat sebuah tangga menurun. Di ujung dari tangga itulah, salah satu mimpiku berada, pulau yang merupakan salah satu paru-paru dunia. Begitu kaki ini menapaki anak tangga terakhir, sebuah rasa yang sangat haru menggumpal di dada ini. Setelah pulau Java, Andalas dan Celebes, akhirnya sampai juga aku di Borneo.

Read more