Film Dilan 1990 Sebuah Review [2] Menerka Akar Permasalahan Hubungan Dilan Milea

Hari ini saya dan mantan pacar menonton film Dilan 1990 untuk yang kedua kalinya. Yap, ini untuk pertama kalinya, saya nonton sebuah film di bioskop lebih dari sekali, sejak Lord Of The Rings, The Return Of The King di penghujung tahun 2004 silam. Bagi saya, film Dilan 1990 memang bagus dan sangat layak untuk diapresiasi. Salah satunya caranya mungkin ya dengan menonton untuk yang kedua kalinya.

Poster Film Dilan 1990
Poster Film Dilan 1990

3 Februari 2018, saat saya menonton film Dilan 1990 untuk yang kedua kalinya, adalah hari ke-10 film besutan Fajar Bustomi sejak tayang perdana tanggal 25 Januari 2018. Namun animo penonton sepertinya masih cukup besar. Di pengalaman kedua saya menyaksikan kisah kasih Dilan dan Milea ini, saya memperkirakan sekitar 1/3 bangku studio terisi oleh penonton, yang kebanyakan didominasi oleh remaja sekolah menengah.

Ini adalah postingan kedua saya tentang review film Dilan 1990. Jika di postingan pertama, saya mencoba menjabarkan review secara umum dari film Dilan 1990 termasuk mengomentari akting dari para pemainnya, maka di artikel yang kedua ini saya mencoba memberikan review dari sudut pandang yang lain.

Read more

Film Dilan 1990, Nostalgia Masa Keemasan Telepon Umum

Sudah nonton film Dilan 1990, sebuah film yang disutradari oleh Fajar Bustomi yang diadaptasi dari sebuah Novel karya Pidi Baiq berjudul Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990? Kalau sudah, berarti harusnya menyadari bahwa salah satu scene terbanyak di film Dilan 1990 adalah adegan menelpon, dimana Dilan selalu menelpon Milea dari telepon umum. Di trailer film Dilan 1990 yang dirilis sekitar sebulan sebelum jadwal pemutaran film di seluruh bioskop di Indonesia, adegan Dilan menggombali Milea via telepon umum pun begitu mendominasi.

Salah Satu Adegan Menelpon dari Telepon Umum di Film Dilan 1990
Salah Satu Adegan Menelpon dari Telepon Umum di Film Dilan 1990

Di film Dilan 1990, telepon umum seolah-olah menjadi penguat setting film yang mengambil latar belakang tahun 1990an. Bagi teman-teman yang mengalami masa remaja di tahun 1990an hingga menjelang milenium, pasti sangat akrab dengan telepon umum, terutama bagi cowok-cowok yang sudah punya gebetan, termasuk saya sendiri juga.

Read more

Film Dilan 1990 Sebuah Review

Saya sebenarnya relatif jarang ke bioskop untuk menonton film Indonesia. Bukannya tidak suka, tapi hanya merasa tidak worth it saja. Apalagi hanya dalam hitungan beberapa bulan, kebanyakan film Indonesia sudah tayang di televisi. Jadi cukup sabar menunggu sekitar 3 sampai 6 bulan untuk bisa menonton secara gratis.

Tapi khusus untuk film Dilan 1990, adalah sebuah perkecualian. Film ini justru menjadi film yang saya tunggu-tunggu. Hanya berselang seharu dari jadwal tayang perdana di seluruh bioskop Indonesia, tepatnya di tanggal 26 Januari 2018, saya pun menonton film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi. Tentu saja nontonnya bersama mantan pacar.

Dilan 1990
Dilan 1990

Sebelum membahas beberapa detil, secara overall, saya cukup puas dengan film Dilan 1990. Adaptasi novel berjalan dengan baik mulai dari akting para pemain, chemistry diantara dua tokoh utama, Dilan dan Milea, serta setting tahun 1990 yang benar-benar bikin rindu masa itu. Bahkan saya punya prediksi bahwa film ini akan menjadi legenda baru film remaja seperti Ada Apa Dengan Cinta.

Read more

Mengembara Masa SMA Bersama Novel Dilan 1990

Milea, kamu cantik.
Tapi hari ini aku belum mencintaimu.
Enggak tahu kalau sore.
Tunggu aja

Itu salah satu bait kalimat yang disampaikan Dilan pada Milea di awal perkenalan mereka. Barisan kata yang membuat saya akhirnya betah membaca buku lagi setelah sekian lama mencukupkan diri dengan komik, majalah ataupun catatan perjalanan di berbagai blog.

Cover Novel Dilan 1990
Cover Novel Dilan 1990

Dilan 1990, sebuah novel karya Pidi Baiq, seorang penulis yang mengaku sebagai imigran dari surga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya, yang bercerita tentang secuil kisah tentang seorang laki-laki bernama Dilan dan seorang gadis bernama Milea. Berbagai kisah dalam buku Dilan 1990 ini, ditulis dari sudut pandang seorang Milea.

Membaca Dilan 1990, membuat saya seperti berjalan mengendarai mesin waktu ke masa-masa sekitar 20 tahun silam, karena memang novel ini mengambil setting tahun 90an, tepatnya di tahun 1990. Masa SMA saya sendiri berlangsung antara tahun 1997 hingga tahun 2000, sehingga nuansa 90an masih terasa mirip, atau bahkan benar-benar sama. Masa-masa itu adalah masa dimana internet masih merupakan barang antah berantah. Jangankan whatsapp, sms saja belum ada di jaman itu. Untuk menelpon gebetan harus menggunakan telepon rumah, dimana bisa saja yang mengangkat telepon bukan si dia, tetapi orang tuanya.

Read more