Menjelajah Kepulauan Spermonde, Makassar, Sulawesi Selatan

“Makassar bukan hanya Pantai Losari, Fort Rotterdam ataupun Somba Opu. Masih banyak potensi wisata lain yang perlu dijelajahi di kota Angin Mamiri ini, salah satunya adalah mengunjungi pulau-pulau (hoping islands) di gugusan kepulauan Spermonde”

Laut yang terhampar sepanjang mata memandang di suatu pagi yang cukup terik itu, membuat mata saya seperti tak mau berkedip. Airnya sungguh jernih dan tampak menghijau. Sesekali di permukaannya muncul kilauan bak permata, terutama ketika sang surya dapat memaparkan sinarnya tanpa ada awan yang menghalanginya. Setiap beberapa detik, air laut itu datang menghampiri daratan, tempat kaki saya berpijak saat ini, untuk menjilati butiran-butiran pasir yang berserakan di sepanjang garis pantai. Butiran-butiran pasir di daratan tersebut sebagian besar berwarna putih dan memiliki tekstur yang sangat lembut. Kelembutan pasir ini membuat saya langsung melepaskan alas kaki, begitu perahu motor yang membawa saya dari daratan pulau Sulawesi, bersandar. Saya membiarkan kulit di telapak kaki ini bersentuhan langsung dengan pasir pantai. Hmm, saya merasa seperti menginjak tepung terigu.

Pemandangan di Pulau Samalona, Kepulauan Spermonde, Makassar, Sulawesi Selatan
Pemandangan di Pulau Samalona, Kepulauan Spermonde, Makassar, Sulawesi Selatan

Saya terus melangkahkan kaki menyusuri daratan yang baru saja saya jejaki ini, hingga tanpa sadar, saya sudah tiba kembali di titik dimana saya tadi turun dari kapal. Lama penjelajahan itu hanya membutuhkan waktu 10 menit saja. Daratan ini memang bukanlah pulau yang besar, tetapi hanyalah sebuah pulau kecil seluas 2.3 hektar yang tersembul di perairan Selat Makassar. Orang-orang memanggilnya Samalona. Samalona tidak sendiri tinggal disini. Ada sekitar 120 pulau kecil lain yang berada di sekitarnya. Pulau-pulau itu membentuk sebuah gugusan kepulauan yang dikenal dengan nama gugusan kepulauan Spermonde. Gugusan kepulauan Spermonde memiliki wilayah yang cukup luas, terbentang mulai dari wilayah Takalar, Sulawes Selatan hingga Mamuju, Sulawesi Barat. Konon, nama spermonde berasal dari kata sperm (sperma), karena jika dilihat dari udara, gugusan kepulauan ini terlihat seperti sperma yang sedang bergerak.

Pintu gerbang untuk menuju pulau-pulau indah itu adalah Dermaga Kayu Bangkoa, Dermaga Panyyua ataupun Dermaga POPSA. Ketiganya terletak diantara Pantai Losari dan Fort Rotterdam. Di sana, tersedia perahu motor yang bisa disewa untuk berlayar. Perjalanan menuju pulau Samalona sendiri, yang berlokasi sekitar 7 km di sebelah barat Makassar, ditempuh dengan perjalanan selama 20 menit menggunakan perahu motor.

Ketika tengah asyik memainkan pasir-pasir basah yang menempel di kaki, dua orang anak kecil datang menghampiri. Mereka menawarkan makanan dan minuman ringan seperti pisang goreng, teh manis ataupun kopi. Pulau Samalona memang bukan pulau yang tidak berpenghuni. Ada lebih dari 20 jiwa yang mendiami pulau. Juga tersedia penginapan bagi wisatawan yang ingin bermalam di Samalona. Tentunya sebuah penginapan yang sangat sederhana, karena dikelola secara swadaya oleh masyarakat.

Selain jajanan, anak-anak kecil itu juga menawarkan penyewaan peralatan snorkeling karena perairan di sekitar pulau cukup layak untuk dijelajahi. Hanya saja untuk menikmati pesona utama dari taman laut di sekitar Samalona tidak bisa hanya dengan peralatan snorkeling, melainkan harus dengan peralatan selam, karena berada di kedalaman lebih dari 5 meter. Tepatnya di perairan di sebelah barat pulau, disana terdapat sebuah titik penyelaman yang kaya akan peninggalan perang di masa lalu seperti bangkai kapal dan juga pesawat yang tenggelam disana. Sebuah dive site yang tentu saja sangat menarik. Hanya saja tetap diperlukan kewaspadaan bagi para penyelam karena diantara bangkai kapal dan pesawat itu juga terdapat berbagai macam peluru mortir sisa perang yang beberapa diantaranya diperkirakan masih dalam kondisi aktif.

Bagi yang ingin berlayar lebih jauh menyusuri gugusan kepulauan Spermonde, Pulau Badi yang berada dalam wilayah Kabupaten Pangkep, bisa menjadi tujuan berikutnya. Lokasinya berada di perairan sebelah utara kota Makassar, dengan jarak tempuh sekitar 2 jam menggunakan perahu motor. Terdapat sekitar 1500 jiwa yang mendiami pulau seluas 6.5 hektar tersebut. Beberapa tahun terakhir, pulau Badi cukup sering dikunjungi oleh peneliti dan juga akademisi. Ini terkait adanya proyek rehabilitasi dan transplantasi terumbu karang yang berada di perairan sekitar Pulau Badi. Terdapat pula kegiatan budi daya kuda laut yang dikelola secara mandiri oleh warga.

Berjarak sekitar 15 menit perjalanan dari Pulau Badi, tersembul satu pulau yang bernama Pulau Cangke. Banyak orang menyebut pulau ini adalah pulau yang romantis, karena pulau ini hanya dihuni oleh sepasang suami istri bernama Daeng Abu dan Ibu Midah. Kedua insan ini sudah tinggal di pulau Cangke sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Meski sudah cukup renta, dan hidup dengan penuh keterbatasan, keduanya tetap setia hidup bersama di pulau Cangke.

Setelah Samalona, Badi dan Cangke, ada satu lagi pulau yang masuk dalam kategori wajib untuk dikunjungi, utamanya bagi pecinta selam. Pulaunya memang berjarak cukup jauh dari kota Makassar, sekitar 3 hingga 3.5 jam perjalanan menggunakan perahu motor, tetapi semua lelah itu akan segera terbayar begitu penyelaman dilakukan. Selamat datang di Pulau Kapoposang. Taman laut di perairan sekitar pulau Kapoposang adalah salah satu destinasi impian para penyelam dunia karena kaya akan keanekaragaman hayati. Perairan di sisi utara dan barat pulau, memiliki Topografi terumbu Karang yang berupa dinding karang (wall), seperti yang ada di Bunaken. Sedangkan sisi timur dan selatan berbentuk lereng karang yang landai (slope).

Terdapat beberapa titik penyelaman favorit di pulau Kapoposang yang sering dijelajahi oleh para penyelam, yaitu Titik penyelaman gua (cave point), Hiu (Shark Point) dan juga penyu (Turtle Point). Penyu yang hidup di perairan pulau Kapoposang adalah jenis penyu sisik yang sangat ramah dan jinak. Saat musim bertelur tiba, antara bulan Desember hingga April, penyu-penyu ini akan naik ke daratan Pulau Kapoposang untuk menyimpan telurnya. Sayangnya, di Pulau Kapoposang, hingga saat ini belum ada tempat untuk penangkaran penyu, sehingga kondisi dari telur-telur tersebut cukup rentan akan adanya gangguan.

Untuk berlayar menuju ke gugusan kepulauan Spermonde juga bisa ditempuh dari pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan tertua di Indonesia, yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14. Pelabuhan Paotere adalah salah satu warisan dari kerajaan Gowa-Tallo yang masih berdenyut hingga saat ini dengan berbagai kegiatan bongkar muat barang. Dari Pelabuhan Paotere ini terdapat beberapa angkutan reguler ke pulau-pulau di kepulauan Spermonde, khususnya pulau yang berjarak cukup jauh dari Makassar, seperti Pulau Badi, Pulau Pala, Pulau Cangke maupun Pulau Gondong Bali, yang merupakan pulau terdekat dari Kapoposang. Tentu saja karena angkutan reguler, waktu keberangkatan tidak bisa fleksibel. Kapal-kapal itupun tidak berangkat setiap hari.

Jadi, sudah memutuskan, kapan menjelajahi kepulauan spermonde di Makassar, Sulawesi Selatan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *