Gerhana di Karimata

Pagi itu masih sangat dini, di sebuah Rabu, tertanggal 9 Maret 2016. Waktu baru menunjukkan pukul 3 pagi. Di pagi yang masih gelap gulita itu, saya tengah berada di tengah laut, tepatnya di perairan barat pulau Belitung, sekitar selat Karimata. Saya menumpang sebuah kapal bernama Bintang Laut milik Bakamla (Badan Keamanan Laut). Kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Batu dan bergerak kearah utara.

Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Belitung
Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Belitung

Gelombang laut cukup bersahabat pagi itu. Hanya ada riak-riak kecil. Tetapi itu sudah cukup membuat saya sedikit kurang nyaman. Sepertinya kondisi belum cukup fit karena malam itu hanya tidur selama 2 jam saja. Belum lagi angin laut yang terasa begitu menusuk pori-pori kulit. Tetapi itu semua tidak menghalangi semangat saya pagi itu, karena saya berlayar pagi ini bukan tanpa alasan. Saya tengah berburu Gerhana Matahari bersama tim Laskar Gerhana Detikcom.

Detik demi detik berlalu tanpa terasa, karena di sepanjang kegelapan, saya berbincang dengan sahabat-sahabat baru, yang sebagian besar mempunyai hobi yang sama, yaitu jalan-jalan, memotret dan menulis.

Obrolan baru terhenti ketika adzan subuh dikumandangkan oleh salah satu awak kapal dari lantai dua geladak kapal. Geladak kapal yang biasanya digunakan untuk pemantauan visual itu disulap menjadi tempat sholat. Karpet digelar, sajadah pun dihamparkan. Kami pun langsung berkumpul di sana untuk memenuhi panggilan Allah. Setelah sholat Subuh, karpet-karpet tersebut tidak langsung digulung karena beberapa jam lagi akan digunakan untuk sholat sunnah gerhana.

Beberapa menit berlalu, langit di cakrawala mulai bersembu merah. Hitam pun mulai pudar. Dengan sigap, saya pun segera mempersiapkan kamera untuk berburu sunrise. Semakin lama, langit semakin tampak terang. Dan semakin terlihat pula bahwa terdapat awan yang cukup tebal di ufuk timur dari posisi kapal. Dari perkiraan tim Bakamla, awan tersebut bisa menutup penampakan gerhana nantinya, sehingga akhirnya tim kapal memutuskan untuk memutar kembali ke arah selatan, karena langit terlihat lebih bersih di selatan.

Matahari Terbit Menjelang Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016
Matahari Terbit Menjelang Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016
Suasana Langit Ufuk Timur Menjelang Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016
Suasana Langit Ufuk Timur Menjelang Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016

Pukul 6.20 pagi, sesuai perkiraan, fase gerhana dimulai. Bayangan bulan mulai menutupi sinar matahari. Saya pun mulai menyiapkan diri. Tripod didirikan, filter ND dipasang. Tak lupa juga menyiapkan kacamata gerhana demi melindungi mata, salah satu asset utama pemberian Allah.

Tapi sebelum perburuan foto gerhana dimulai, saya, rekan laskar gerhana serta para perwira dan awak kapal Bintang laut mendirikan sholat sunnah gerhana yang dipimpin imam Ustadz Ucu Simbromilsi. Selesai sholat, ustadz Ucu menyampaikan khutbah yang intinya adalah gerhana matahari bukanlah fenomena menakutkan yang sering kali dibumbui takhayul dan mitos, tetapi sesungguhnya adalah satu diantara tanda-tanda kekuasaan Allah seperti firman-Nya di Al Quran.

Setelah sholat, perburuan dimulai. Frame demi frame dibekukan sambil mencoba settingan yang tepat. Ini adalah momen pertama dalam hidup, tidak hanya bagi saya, tetapi juga sebagian besar rekan-rekan yang lain. Selama ini pengetahuan tentang tata cara memotret gerhana hanya dari teori saja, belum pernah mempraktekkan.

Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016
Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016

Sekitar lima menit menjelang totalitas, suasana mulai terasa redup. Senja seolah hadir. Hawa menjadi terasa sedikit lebih sejuk. Saya pun mulai menyiapkan diri untuk memotret totalitas gerhana. Saya paskan lokasi matahari dengan frame saya, dan kemudian melepas filternya.

Suasana makin redup ketika bayangan bulan tepat menutup matahari. Di ufuk timur, langit tampak hitam bersemburat jingga dengan sedikit guratan-guratan kebiruan. Saya mendadak beku. Tubuh saya terasa merinding. Dan tanpa sadar takbir dan tasbih pun meluncur dari mulut saya. Takbir dan tasbih juga keluar dari mulut rekan-rekan laskar gerhana yang lain, sehingga suasana terasa sangat haru dan syahdu.

Sepuluh detik kemudian, saya mulai memotret, baik dengan kamera, maupun dengan ponsel. Saya tidak berpikir terlalu panjang saat itu. Yang ada di benak saya, hanyalah memotret karena momen gerhana total ini hanya berlangsung sebentar. Hanya 2 menit saja.

Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Belitung
Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Belitung

Menjelang berakhirnya fase totalitas, beberapa rekan mulai mengingatkan untuk menggunakan kacamata gerhana kembali karena ini adalah fase yang sangat krusial untuk mata. Terlambat untuk berpaling dari matahari bisa berakibat fatal untuk mata. Saya pun langsung mengakhiri sesi memotret lebih cepat.

Suasana pun berangsur-angsur terang kembali. Hawa pun mulai kembali terasa hangat. Nafas saya yang sedari tadi menderu, mulai berangsur normal kembali. Saya terdiam diantara keriuhan teman-teman laskar gerhana. Saya mencoba merenungi peristiwa gerhana yang baru saja saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Sungguh, Dialah Allah sang pencipta alam ini, sang penguasa. Kekuasaan-Nya amat sangat besar, dan peristiwa gerhana matahari ini adalah satu dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan-Nya dan bukti kebesaran-Nya.

Di fase setelah totalitas hingga fase gerhana selesai, saya tidak memotret lagi. Saya hanya ingin duduk dan membiarkan mata minus ini memandangi langit dan pemandangan disekitarnya. Tak lupa pula, saya bersyukur kepada Allah yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyaksikan dan mengabadikan sebuah peristiwa yang saya bisa menyebutnya sebagai sebuah keajaiban. Sungguh, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.

5 thoughts on “Gerhana di Karimata

  • 12/03/2016 at 17:43
    Permalink

    saya ingat banget sama yang dibilang ibu Clara dari LAPAN, waktu pengamatan GMt jangan tersepona sama GMTnya saja, tapi lihat garis horizon di sekitarnya, tak kalah indahnya

    Reply
    • 13/03/2016 at 19:00
      Permalink

      Yup, kalau saya motretnya ga sengaja mbak Ev, karena lensa zoomnya biasa, jadi justru ga bisa ngambil foto mataharinya dengan jarak dekat. Jadilah foto lansekap Gerhana

      Reply
      • 13/03/2016 at 19:35
        Permalink

        aku malah gak dapet gerhananya juga meskipun pake tele, jadinya malah moto laut ajah

        Reply
  • 12/03/2016 at 19:11
    Permalink

    Di Bandung gak gelap gituuuu. Padahal kalau gelap gitu pasti seruuuu!

    Reply
    • 13/03/2016 at 19:01
      Permalink

      Ya, kan di Bandung gerhananya sebagian, ga sampai total, jadi ya ga seberapa gelap, teh Fasya

      Reply

Leave a Reply to suryahardhiyana Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *