Kenikmatan Kopi Kemiren

Secangkir Kopi Kemiren, Banyuwangi

Secangkir cairan cokelat kehitaman tersaji di depanku. Tampak kabut tipis menari-nari dia atas permukaannya. Semerbak aroma harum serta merta menembus syarafku ketika beberapa helai dari kabut itu sampai ke pori-pori hidungku.

Hmm, batinku.

“Silahkan diminum, dan setelah itu ceritakan, apa yang kamu rasakan,” ujar seorang pria dihadapanku.

“Terima kasih pak.”

Semakin banyak helaian kabut yang hinggap ke hidungku, semakin liar keinginan syarafku untuk segera menikmati rasanya. Dengan kekuasaanya, dia perintahkan seluruh organ tubuhku untuk segera bekerja.

Secangkir Kopi Kemiren, Banyuwangi
Secangkir Kopi Kemiren, Banyuwangi

Kupegang gagang cangkir itu lalu kuangkat. Kudekatkan ke arah mulutku perlahan lahan. Semakin dekat, semakin terasa keharumannya. Namun bersamaan dengan itu semakin terasa pula hawa panas yang bergolak di dalamnya. Meski begitu, aku tidak gentar. Konon di saat masih kondisi panas itulah, kita bisa merasakan kenikmatan maksimal dari si cairan itu.

Semakin dekat, dekat dan akhirnya beberapa tetes tumpah ke mulutku. Hawa panasnya langsung seperti membakar rongga mulutku. Lidahku berjingkat. Selang beberapa detik mulutku membuka menutup untuk memberikan ruang bagi udara untuk bisa keluar masuk ke dalam rongga mulut dan menurunkan suhu didalamnya. Setelah suhunya sudah pas, mulutku pun menyesap habis cairan itu dan meratakannya keseluruh permukaan lidah.

Read more

Singgah di Shaba Swagata Blambangan

Shaba Swagatha Blambangan, Banyuwangi

Shaba Swagata Blambangan, itulah nama pendopo Kabupaten Banyuwangi yang terletak di jantung kota Banyuwangi. Sebelum ke desa kemiren, aku dan rombongan dblogger menyempatkan singgah di sana untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa Kemiren. Sayangnya, ketika berada disana kami tidak bisa bertemu dengan Bupati Banyuwangi, Bapak Abdullah Azwar Anas dikarenakan beliau ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan.

Shaba Swagatha Blambangan, Banyuwangi
Shaba Swagatha Blambangan, Banyuwangi

Karena bupati tidak berada di tempat, maka kami langsung menuju halaman belakang pendopo. Suasana hijau langsung menyambut kedatangan kami. Karena merasa lelah, aku langsung meletakkan tas dan merebahkan diri di salah satu kursi yang terdapat di teras belakang pendopo. Teras yang sangat luas, mungkin hampir sama dengan ukuran rumahku, he he he.

Di teras itu terdapat banyak sekali kursi dan meja kayu dengan bentuk yang asimetris. Ada yang berbentuk bangku panjang, bangku bundar dan ada juga yang berbentuk kursi pada umumnya. Di dinding teras tertempel peta wisata Banyuwangi dengan skala sedang.

Read more

Kalibaru, Antara Panci, Wajan hingga Keju dan Kopi

Kolam Renang di Penginapan Margo Utomo, Banyuwangi

Aku duduk terdiam di sebuah bangku bus yang empuk. Ku rebahkan dan pasrahkan seluruh badanku padanya. Kurasakan sedikit kekakuan di leher sisa perjalanan semalam tadi. Hoaem.. mulutku menguap lebar, mencoba mengambil dalam-dalam oksigen yang tersisa di udara. Refleks, aku kucek mataku yang masih terasa sangat berat untuk terbuka.

Suasana di dalam bus cukup hening. Yang terdengar hanyalah raungan mesinnya yang menderu lirih menembus jalanan. Aku lempar pandangan ke sekitarku. Tampak sebagian besar dari para penumpang bus yang merupakan komunitas dblogger Suroboyo tengah asyik melanjutkan mimpinya yang terputus dini hari tadi.

Baru sekitar dua jam yang lalu, kami semua harus segera menyudahi mimpi karena KA Mutiara Timur yang membawa kami sejak dari Surabaya sudah tiba di Banyuwangi. Setelah mampir ke hotel sejenak untuk sholat Subuh dan bersih-bersih badan, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali dengan menggunakan moda transportasi bus. Karena perjalanan dari Banyuwangi kota ke arah barat menuju Kalibaru memakan waktu yang cukup lama, sekitar 3 jam, maka banyak dari kami memilih untuk langsung melanjutkan tidur.

Sebagian kecil lainnya tampak asyik bercengkerama dengan telepon selulernya sambil mengetikkan beberapa karakter untuk dikicaukan di dunia maya.

Read more

Ayo ke Banyuwangi, The Sunrise Of Java

Mungkin ini pertama kalinya aku membuat judul postingan berupa ajakan dan cenderung provokatif. Saat tulisan ini dibuat dan diposting, aku memang tengah berada di Banyuwangi. Tepatnya di Sanggar Genjah Arum, Kemiren Glagah Banyuwangi. Disini aku dan empat belas rekan blogger dari komunitas dblogger Suroboyo mendapatkan undangan khusus dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang dipimpin oleh Bapak Abdullah Azwar Anas untuk menjelajah jengkal demi jengkal tanah di ujung timur Jawa ini bertajuk Dblogger Plesir Nang Banyuwangi.

3fc8ec2f0bf7aa6bcd1a563b9415ebb6_img_6443_upload

Undangan untuk mengunjungi kabupaten di ujung paling timur pulau jawa ini benar-benar datang di saat yang tepat, ketika aku tengah galau dengan keputusan apakah aku memutuskan untuk jadi berangkat ke Malaysia Singapura atau tidak. Tiket promo sudah ditangan sejak 6 bulan yang lalu. Tapi sejak adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing beberapa bulan silam hingga sekarang ini, jadi berpikir ulang untuk melancong ke Luar Negeri. Di saat galau itulah, muncul undangan itu. Tanpa berpikir terlalu lama, aku ambil tawaran tersebut. Aku ikhlaskan saja uang tiket promo itu hangus. Tokh aku mendapat ganti petualangan yang lebih asyik dan bakal sangat luar biasa. Lagipula, ini kesempatan buatku untuk bisa berkontribusi terhadap dunia pariwisata domestik.

Selama ini Banyuwangi hanya dikenal sebagai daerah transit bagi pelancong dari Jawa yang hendak melanjutkan perjalanannya ke pulau Bali, ataupun sebaliknya, wisatawan dari pulau Bali yang hendak berkunjung ke Pulau Jawa. Tujuan wisata di Pulau Jawa yang menjadi tujuan para wisatawan itu antara lain Kawah Ijen, Bromo, Malang terus ke barat hingga Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Banyuwangi? Sepertinya tidak ada dalam list tempat yang wajib dikunjungi.

Read more

Menikmati Sore Ala Palembang

Sore itu sebenarnya biasa saja. Tidak ada yang spesial, masih sama dengan sore-sore yang biasanya. Tapi jadi spesial buatku karena lokasinya. Ini yang pertama kalinya buatku menjejak kaki di tempat ini. Suara gelombang air dan desiran angin langsung menyambutku begitu keluar dari mobil angkot yang kutumpangi. Hmm, segar dan hangat sekali.

Lagi tengah berjalan menikmati suasana, tiba-tiba seorang anak kecil menabrakku.

Maaf, ujarnya singkat dengan nafas yang tersengal-sengal, sambil kemudian meneruskan larinya. Di belakangnya seseorang berlari mengejarnya. Keduanya saling berteriak dan tertawa. Mataku terus mengamati keduanya sampai akhirnya si pengejar berhasil menangkap yang dikejar. Aku tersenyum. Ah, jadi terkenang masa kecil dulu, batinku.

Read more