Menyaksikan Fajar di Ujung Timur Jawa

Fajar pagi itu mungkin menjadi salah satu fajar yang terindah dalam hidupku. Semburat merah jingga kuning di langit timur yang berbaur menyatu membuka tabir pekatnya kegelapan yang sudah bersemayam selama hampir 12 jam di muka bumi, sungguh sulit untuk terlupakan dari memori otakku.

Sunrise of Java, Banyuwangi
Sunrise of Java, Banyuwangi

Hari itu, Hari Minggu, 12 Januari 2014. Ketika itu jarum jam masih menunjukkan angka 4.30 pagi. Waktu Subuh sudah lewat setengah jam yang lalu. Hari yang masih dini. Langit masih tampak gelap. Jalanan pun tampak lengang. Hanya sedikit sekali mobil yang lalu lalang, salah satunya mobil yang kini tengah kutumpangi. Mobil berjenis trooper itu tampak sangat nyaman melaju di jalan raya yang masih sepi.

Sesekali aku kucek mataku. Sebenarnya dia masih sangat berat untuk terbuka. Tapi mau bagaimana lagi, pagi ini mata harus sedikit berkorban. Dia terpaksa harus bekerja ekstra melayani tuannya di luar jam kerja yang seharusnya. Tapi tak mengapa, karena nanti sang mata juga-lah yang paling bersyukur diantara teman-temannya, organ tubuhku yang lain.

Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah sepuluh menit berlalu dari jam 4.30. Didalam mobil aku mulai merasa harap-harap cemas, apakah kami akan sampai tepat waktu? Sedikit sedikit, aku melihat telepon selulerku, hanya untuk sekedar memastikan, sudah berapa menit berlalu sejak keberangkatan. Tak jarang pula, aku lempar pandangan ke arah timur. Dan syukurlah langit masih cukup gelap disana. Tapi gelapnya langit juga bukan pertanda yang baik, karena bisa jadi itu karena cuaca tengah dirundung mendung. Ah, galau ini sungguh tidak menyenangkan.

Sepuluh menit kemudian, tepatnya jam 4.50 pagi, akhirnya sampailah kami di lokasi yang dituju. Sebuah pantai yang katanya merupakan salah satu tempat terbaik untuk melihat Fajar pertama di Pulau Jawa. Pantai Boom namanya.

Sunrise of Java, Banyuwangi
Sunrise of Java, Banyuwangi

Dengan sigap, aku ambil tripodku. Memanjang-kan ketiga kakinya dan menjejakkannya ke dalam pasir pantai dalam-dalam. Setelah yakin bahwa posisi tripod sudah stabil, baru aku pasang kamera diatasnya. Dan, aku pun sudah siap untuk berburu sunrise.

Tepat pukul 05.05, matahari mulai menampakkan diri. Pelan tapi pasti, dia bangkit dari peraduannya. Mula-mula hanya sebatas setitik cahaya kuning tipis dengan garis-garis sinarnya yang berwarna merah dan jingga memenuhi ufuk timur. Perlahan-lahan garis-garis itu menebal. Pun dengan titik cahayanya yang diameternya semakin bertambah besar. Makin lama garis itu makin bertambah lebar dengan cahayanya yang makin menyilaukan, hingga pada akhirnya matahari kembali dengan wujudnya yang bulat sempurna. Malam telah berlalu dan pagi pun kini menjelang.

Dengan takjub aku menatap tahap demi tahap pergantian waktu itu, sambil sesekali menekan shutter kamera untuk mengabadikannya dalam sebuah frame. Tak henti-hentinya mulutku bergumam, memuji kebesaran Allah atas pemandangan yang spektakuler ini. Bersyukur pada-Nya bahwa masih diberi kesehatan pada mata untuk bisa menyaksikan salah satu keajaiban terindah di dunia ini.

Itu tadi bukan fajar yang biasa-biasa saja. Itu adalah fajar istimewa. Fajar pertama di tanggal 12 Januari 2014 di Pulau Jawa. Ketika kota-kota seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan kota-kota di Pulau Jawa lainnya masih berselimutkan kegelapan, Banyuwangi sudah memulai harinya lebih awal.

Keindahan saat matahari terbit akan sangat sempurna jika kita bisa menikmatinya bersama orang yang paling kita sayangi. Seperti saat itu, ingin rasanya aku bisa mereguk keindahan pagi itu bersama istriku tercinta. Namun, apa daya, istriku nun jauh di Surabaya sana. Tapi, meski tidak bersama istri, aku tetap bisa merasakan kebahagiaan yang sempurna pagi itu, karena aku menikmatinya bersama empat belas orang sahabat baruku dari dblogger Suroboyo yang luar biasa.

Sunrise of Java, Banyuwangi
Sunrise of Java, Banyuwangi

Sebenarnya aku beruntung mendapatkan sunrise yang sangat sempurna pagi itu. Cuaca sangat cerah. Tidak tampak tanda-tanda akan adanya turun hujan, padahal bulan Januari termasuk kedalam musim penghujan. Dan di bulan Januari hingga pertengahan Februari inilah curah hujan berada pada titik tertinggi. Lucky me.

Semakin siang, ketika cahaya sudah semakin kuat, aku mulai bisa memotret tanpa menggunakan tripodku. Aku bidikkan lensa kamera ke segala penjuru, mencari sesuatu hal yang menarik untuk diabadikan. Disaat-saat matahari terbit seperti sekarang ini (dan juga ketika matahari terbenam), berburu siluet adalah kegiatan yang paling menarik. Dengan adanya objek siluet, komposisi foto akan semakin baik karena objek siluet ini memperkuat sisi foreground.

Tengah asyik mencari siluet yang pas, tiba-tiba aku melihat beberapa gelembung sabun melayang-layang di udara. Reflek, aku gerakkan kameraku untuk membekukan momen tersebut dalam frame, dan ternyata hasilnya sungguh di luar dugaan. Cantik!

The buble dan the sunrise
The buble dan the sunrise

Aku pun mencoba menelusuri asal dari gelembung sabun itu. Ternyata dari seorang anak kecil yang memang tengah berjualan gelembung sabun. Disamping anak itu, kepala suku kami selama di Banyuwangi, Pak Budi Sugiharto juga tengah asyik memotret gelembung-gelembung sabun itu dengan latar belakang sang matahari terbit sambil sesekali memberikan instruksi pada sang anak itu agar tidak terlalu cepat mengayunkan alat pembuat gelembung sabunnya. Ah keren sekali ide Pak bos ini.

Pagi itu aku mendapatkan dua hal yang berharga, selain menikmati sunrise dengan sahabat baru, aku juga mendapatkan ilmu fotografi secara tak terduga dari Pak Budi. Terima kasih banyak bos!!

Ketika hari semakin siang dan cahaya matahari sudah semakin kuat, kami pun meninggalkan Pantai Boom dan bersiap untuk perjalanan menuju destinasi selanjutnya. Teluk Hijau, Aku datang!!!

2 thoughts on “Menyaksikan Fajar di Ujung Timur Jawa

  • 04/03/2014 at 08:21
    Permalink

    Sukaaaaa banget dengan foto yang paling atas!

    “Terima kasih apresiasinya mbak Irma :)”

    Reply
  • 16/03/2014 at 08:45
    Permalink

    keren fotonya, saya suka deh!
    sungguh beruntung warga Banyuwangi dan sekitarnya karena bisa menyaksikan sunrise setiap pagi 🙂
    kami juga termasuk beruntung karena bisa menyaksikan sunset disore hari (warga Banten)
    Keep posting!

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *