Dari Banyuwangi, Kembali ke Barat (Sebuah Epilog)

Stasiun Kalisetail, Banyuwangi

———-

“Buah tangan terbaik dari suatu perjalanan adalah kisah-kisah yang menghangatkan”

———-

Malam itu stasiun Kali Setail tampak ramai. Keheningan yang biasanya menggelayut di stasiun yang teretak di kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi ini mendadak berubah ketika enam buah mobil berjenis trooper memasuki halaman stasiun secara beriringan.

Stasiun Kalisetail, Banyuwangi
Stasiun Kalisetail, Banyuwangi

Sesaat setelah mobil terparkir sempurna, keluarlah wajah-wajah sayu dari dalamnya. Sesekali mereka mengucek-ucek mata agar bisa sedikit lebih terbuka. Dengan langkah gontai, mereka berjalan menuju Stasiun. Sesampainya di peron, mereka langsung menghempaskan tubuh serta bawang bawaan mereka di kursi. Ruang tunggu stasiun yang hanya berkapasitas sekitar 40an tempat duduk itu pun langsung penuh.

Jarum jam saat itu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lewat lima menit. Waktu yang sebenarnya tidak terlalu lama untuk menanti kereta yang akan datang setengah jam kemudian. Tapi semua terasa berbeda ketika kondisi lelah menyerang.

Aku sendiri terduduk di salah satu kursi di paling ujung belakang. Dari dulu aku paling senang duduk belakang seperti sekarang ini. Alasannya mudah, dari belakang kita bisa memandangi tingkah laku orang-orang yang lalu lalang di depan kita. Karena itu janganlah duduk belakang disaat sekolah atau kuliah, nanti yang diperhatikan adalah orang-orang di depan kita, bukan ilmu yang tengah dibagikan oleh guru kita.

Read more

Haidi, sang Maestro Biola Banyuwangi

Mas Haidi dengan Biolanya

Pertunjukan Barong baru saja selesai dipentaskan. Sanggar Genjah Arum yang sebelumnya riuh dengan berbagai macam suara serta kilatan lampu flash dari kamera, menjadi sedikit tenang kembali. Para pemain Barong tengah beristirahat sejenak, bersiap untuk pertunjukan selanjutnya. Sedangkan para penonton kembali ke rutinitas semula. Ada yang meneruskan membuat artikel di Laptop, makan aneka gorengan yang sudah disediakan Sanggar, bermain ponsel ataupun melanjutkan diskusi tentang kopi bersama Pak Iwan.

Mas Haidi dengan Biolanya
Mas Haidi dengan Biolanya

Aku sendiri masih terpaku di tempatku berdiri menyaksikan tari Barong tadi. Masih terngiang di kepalaku ternyata Tidak hanya Bali saja yang punya Barong, Banyuwangi juga.

Tiba-tiba, dari keheningan itu, menyeruak sebuah melodi yang menggetarkan gendang telingaku. Alunan nada yang sangat merdu dan syahdu. Untaian suara yang sangat khas dari sebuah alat musik gesek yang biasa dimainkan Henri Lamiri ataupun Sharon The Corrs. Biola. Yak itu tadi adalah suara Biola.

Bola mataku langsung bergerak, mencari dari mana sumber suara berasal. Dan, aku mendapatkannya.

Read more

Menatap Senja (Tak) Sempurna di Pulau Merah

Senja di Pulau Merah, Banyuwangi

Sore itu langit tampak mendung. Awan gelap berarak menggumpal-gumpal di ufuk barat. Angkasa menghitam. Hanya menyisakan sedikit saja ruang untuk warna lain berpendar. Wajarlah sebenarnya. Bulan ini memang bulan dimana musim penghujan datang. Bahkan katanya di musim ini curahnya paling tinggi. Januari. Orang sering memplesetkannya dengan hujan berhari-hari. Beberapa jam yang lalu pun hujan baru saja mengguyur daerah ini. Tapi saat ini sudah reda, tinggal menyisakan rintiknya saja.

Senja di Pulau Merah, Banyuwangi
Senja di Pulau Merah, Banyuwangi

Dibawah senja kelabu, aku terduduk di bawah pohon. Entahlah pohon apa namanya, aku belum mengenal spesiesnya. Di sekitarku berserakan pasir berwarna kecokelatan, terbentang sejauh lebih dari 3 km. Di hadapanku laut terhampar. Ombaknya tampak riang. Mereka menari-nari dan bergulung-gulung hingga setinggi sekitar 2 meteran menjelang bibir pantai. Nun jauh di sana, samar-samar tampak beberapa tebing batu berserakan muncul ke permukaan laut. Buih ombak mengaburkan sedikit keberadaan mereka.

‘Hmm, cantik sekali pantai ini,’ batinku.

Tapi bukan ombak itu yang membuatku terpesona. Di Bali, Lombok ataupun di pantai-pantai lainnya, banyak ditemui ombak besar dan kuat seperti itu. Tidak pula gugusan tebing batu yang berserakan itu, karena jaraknya cukup jauh dari bibir pantai, sehingga tidak begitu terasa kecantikannya.

Justru pemandangan sebuah bukit berbentuk kerucut yang seolah-olah tumbuh menjulang dari bibir pantai itulah pesona dari pantai ini. Orang-orang sekitar pantai ini menyebut bukit itu Pulau Merah.

Read more

Teluk Hijau yang Menakjubkan

Pemandangan Teluk Hijau, Banyuwangi

Ekspresi apa yang akan kalian lakukan jika mendapatkan kebahagiaan yang amat sangat. Berteriak, Tertawa, Melompat-lompat, Berlarian, atau malah menangis? Hari minggu, 12 Januari 2014 yang lalu, aku merasakan kebahagiaan itu. Dan yang aku lakukan adalah berteriak gak jelas lanjut kemudian menangis terharu dan bersujud. Bersyukur kepada Allah telah diberi kesempatan menyaksikan salah satu tempat terindah di muka bumi ini. Subhanallah.

Teluk Hijau, Banyuwangi
Teluk Hijau, Banyuwangi

Namanya Teluk Hijau, atau teluk ijo kalau orang-orang lokal bilang. Kalau orang-orang bule menyebutnya Green Bay. Lokasinya berada di pesisir selatan pulau jawa, tepatnya di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, sekitar 90 km arah barat daya dari kota Banyuwangi, dan masuk dalam wilayah Taman Nasional Meru Betiri.

Read more

Menyaksikan Fajar di Ujung Timur Jawa

Sunrise of Java, Banyuwangi

Fajar pagi itu mungkin menjadi salah satu fajar yang terindah dalam hidupku. Semburat merah jingga kuning di langit timur yang berbaur menyatu membuka tabir pekatnya kegelapan yang sudah bersemayam selama hampir 12 jam di muka bumi, sungguh sulit untuk terlupakan dari memori otakku.

Sunrise of Java, Banyuwangi
Sunrise of Java, Banyuwangi

Hari itu, Hari Minggu, 12 Januari 2014. Ketika itu jarum jam masih menunjukkan angka 4.30 pagi. Waktu Subuh sudah lewat setengah jam yang lalu. Hari yang masih dini. Langit masih tampak gelap. Jalanan pun tampak lengang. Hanya sedikit sekali mobil yang lalu lalang, salah satunya mobil yang kini tengah kutumpangi. Mobil berjenis trooper itu tampak sangat nyaman melaju di jalan raya yang masih sepi.

Sesekali aku kucek mataku. Sebenarnya dia masih sangat berat untuk terbuka. Tapi mau bagaimana lagi, pagi ini mata harus sedikit berkorban. Dia terpaksa harus bekerja ekstra melayani tuannya di luar jam kerja yang seharusnya. Tapi tak mengapa, karena nanti sang mata juga-lah yang paling bersyukur diantara teman-temannya, organ tubuhku yang lain.

Read more