Menyapa Musi

Di penghujung tahun 2013 ini, satu lagi kota di nusantara tercinta ini aku jejaki. Kota yang terkenal akan kudapan khasnya yang berbahan dasar ikan. Kota yang memiliki sungai terbesar di pulau Sumatera. Dan juga kota yang merupakan tuan rumah pekan olahraga Asia Tenggara, Sea Games tahun 2011 dan Islamic Solidarity Games (ISG) beberapa bulan yang lalu.

Saat mendengar rencana bahwa aku akan berangkat ke kota ini dalam rangka dinas, serta merta aku langsung teringat komentar salah seorang kawan pada salah satu tulisanku di blog ini, tentang Bangkok dan sungai Chao Phraya-nya. Kalau hanya ingin sekedar menikmati pemandangan sungai, Melihat bagaimana sebuah sungai menjadi denyut nadi kehidupan dan asal muasal sebuah peradaban, Kau tidak perlu jauh-jauh ke Thailand. Cukup saja datang ke Palembang.

Berkisah tentang Palembang, tidak ada hal lain yang lebih layak untuk dituliskan di halaman pembuka selain Musi. Di pesisir sungai inilah, peradaban Palembang dimulai nun jauh beberapa abad silam. Tepatnya pada sekitar abad 17, ketika seorang bangsawan dari Jawa bernama Sri Susuhunan Abdurrahman mendirikan kesultanan Palembang yang pusat kerajaannya berada di sebelah utara sungai Musi. Sejak saat itu banyak orang dari berbagai negeri seperti Jawa, Melayu dan Cina berbondong-bondong datang ke Palembang. Peradaban Palembang pun semakin berkembang pesat dengan Musi menjadi nadi kehidupan para penduduknya, mulai dari tempat mencari ikan, sarana transportasi, pusat perdagangan hingga pengairan sawah dan kebun.

Potensi yang sangat besar dari Musi inilah yang mengundang bangsa barat yakni Belanda dan Inggris datang ke Palembang dan berhasrat untuk menguasainya. Dari sinilah muncul nama Sultan Mahmud Badaruddin II, salah satu raja dari kesultanan Palembang yang dikenal gigih berjuang mempertahankan tanah airnya dari rongrongan penjajah. Karena keberanian serta sifat kepahlawanannya, tokoh yang wafat di masa pengasingannya di Ternate itu, diangkat menjadi pahlawan nasional dan namanya diabadikan menjadi nama bandara di kota Palembang.

Bahkan jika mau menilik lebih jauh lagi ke beberapa abad sebelumnya, beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa pusat kerajaan Sriwijaya yang termahsyur itu juga berada di sekitar kawasan sungai Musi. Jadi bisa dibayangkan betapa renta-nya usia Musi. Bahkan lebih tua dari kota Palembang sendiri. Sudah ratusan bahkan mungkin ribuan hingga jutaan kali, Musi menjadi saksi bisu sejarah yang terjadi.

Dengan moda transportasi pesawat, aku berangkat menuju Palembang. Ketika waktu mendarat sudah hampir tiba, di saat pesawat sudah memasuki langit kota Palembang, terlihat bagaimana eloknya tubuh sang Musi yang berliuk-liuk membelah kota. Semakin dekat pesawat dengan permukaan bumi, semakin jelas bagaimana gagah dan luasnya Musi dengan airnya yang berwarna kecokelatan. Terlihat pula sebuah kapal tongkang yang sarat dengan muatan batubara berjalan pelan menyusuri sungai. Di sebelahnya tampak puluhan kapal-kapal kecil serta sampan. Ah, tak lama lagi, aku akan bisa menyapamu, Musi. Setelah cukup lama hanya bisa mendengar cerita tentangmu, legenda kebesaranmu, pada akhirnya, perjumpaan itu datang.

Dan beberapa menit kemudian, saat roda-roda pesawat mendarat dengan mulus di landasan pacu bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, batinku memekik, Palembang, here I come!!

5 thoughts on “Menyapa Musi

  • 30/12/2013 at 12:25
    Permalink

    Aha, Palembang memang indah dengan hadirnya sungai Musi yang sekarang sdh ditata apik dan cantik. Tapi, kalau dulu, sekitar 10 tahun lalau….waduh..semrawut bener itu tempat….Ah, saya jadi pengen pula menyapa Musi yang tlah lama tak saya sambangi…..Tapi..sayang..sungainya kotor euy….hiksss…

    “Hmm, berarti sudah banyak perbaikan ya dari pemerintah daerah dan pemerintah kotanya. Hebat lah. Semoga kedepan Palembang semakin maju lagi :)”

    Reply
  • 30/12/2013 at 17:09
    Permalink

    Selamat Datang Di kota Kami saudara ku 🙂

    Tak lengkap Rasanya jika tidak mencicip salah satu kuliner khas buatan keluarga kami, empek-empek 🙂

    “Pempek itu salah satu kudapan favorit keluarga saya mas :)”

    Reply
  • 30/12/2013 at 21:59
    Permalink

    Keren mas.. Foto jembatan Ampera dan sungai musinya cantik sekali

    Reply
  • 05/01/2014 at 10:00
    Permalink

    pasti kameranya bagus banget deh fotonya sampe kayak gitu hahaaa..
    disana tuh ada jajanan enak yg modelnya bulet-bulet dibakar isinya ebi, enak deh itu. aku lupa namanya :p

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *