Mengabadikan Angkasa

Bergumpal-gumpal awan berarak melayang-layang di langit. Warnanya putih, laksana kapas. Bermacam-macam bentuknya. Ada yang besar, ada yang kecil. Beberapa diantaranya sangat tebal, tapi tidak sedikit pula yang tipis dan terlihat berongga.

Disekitarnya angkasa tengah membiru. Biru yang tidak terlalu tua sebenarnya, tetapi sangat kontras dengan putihnya sang awan. Perpaduan yang serasi. Indah.

Nun jauh di bawah sana, bumi terlihat kecil. Berbagai macam warna menghias permukaannya. Kadang nampak menghijau seperti permadani yang terbuat dari batu zamrud. Kadang pula terlihat cokelat kehitaman. Dan tak jarang pula bumi membiru seperti langit, hingga seolah tiada batas antara bumi dan langit.

Sebuah sajian khas dari balik jendela pesawat yang tengah mengudara di siang hari dengan cuaca yang cerah. Hidangan akan terasa lebih istimewa lagi ketika terbang di saat-saat pergantian waktu, baik pada saat matahari terbit, ataupun terbenam.

Saat-saat berada di udara, bagiku adalah saat yang membosankan. Apalagi ketika pesawat tidak dilengkapi fasilitas hiburan seperti film, musik ataupun permainan. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menatap jendela, menyantap sajian panorama di luar sana. Sebenarnya dengan pesatnya berkembangan teknologi digital di masa sekarang ini, fasilitas hiburan di pesawat bisa tergantikan dengan gadget seperti tablet ataupun smartphone. Hanya saja, aku memilih untuk tidak mengaktifkannya meskipun kita bisa memilih mode airplane atau offline. Ya, bagiku keselamatan penerbangan lebih penting dibandingkan sekedar bermain game.

Untuk itulah, kursi dekat jendela selalu menjadi pilihanku, kecuali pada saat terbang di malam hari, dimana semuanya tampak gelap.

Sebenarnya memejamkan mata untuk terlelap sesaat menjadi pilihan terbaik untuk mengusir bosan, sekaligus menyegarkan badan saat mendarat nantinya. Sayang sekali, tertidur di perjalanan adalah kesempatan yang sangat langka buatku.

Sambil menatap dunia di luar jendela sana, aku menghunus kameraku. Bersiap membingkai langit, melukis awan, membekukan sang mentari dan menyusun puzzle kulit bumi. Bosan pun pergi. Aku usir dengan suara merdu shutter yang berdendang dari balik kamera. Dari balik jendela.

Untuk bisa mendapat sebuah frame yang sempurna, terlebih dahulu harus mendapat lokasi kursi yang pas. Posisi menentukan prestasi, begitu yang peserta ujian selalu kumandangkan. Untuk memilihnya, gunakan fasilitas web check in. Sudah cukup banyak maskapai yang menawarkannya.

Kursi baris satu hingga tujuh adalah lokasi yang strategis. Pandangan luas dan tak terhalang sayap. Sempurna. Lalu, pilihlah sisi yang tidak bertatapan langsung dengan sinar sang surya. Sebuah permisalan, ketika akan terbang menuju utara di sore hari, maka pilihlah kursi di sisi sebelah timur, kecuali jika memang ingin mengabadikan adegan matahari terbenam.

Setelah semua itu, kita pasrahkan pada nasib. Kursi terbaik sudah didapat, tapi terkadang cuaca tidak bersahabat. Seperti ketika mendung menggelayut sepanjang perjalanan. Yang ada hanyalah warna putih dan kelabu. Atau saat pesawat mengalami penundaan, sehingga akhirnya terbang di malam hari. Atau bisa juga, kita mendapati adanya kotoran di jendela, sehingga mengganggu pandangan.

Tapi apapun itu, angkasa akan selalu indah. Diantara pekatnya mendung ataupun gelapnya malam, akan selalu ada kecantikan disekitarnya. Mungkin kita tidak bisa mengabadikannya. Atau mungkin kamera kita tidak sanggup membekukannya. Tapi semua itu terekam di mata kita dan tersimpan sempurna diantara lipatan otak. Sungguh, aku bersyukur bisa menyaksikannya, sembari mengudara. Itu semua luar biasa.

9 thoughts on “Mengabadikan Angkasa

  • 01/07/2013 at 22:19
    Permalink

    Angkasa akan selalu indah…
    Saya sepakat dengan ini, Surya.
    Cuaca mendung ataupun cerah, semua punya keunikan yang memikat mata dan menyejukkan hati…
    Thanks sudah berbagi foto yang diambil dengan tidak mudah ini, Sur.
    Salam buat Dewi ya!

    “Terima kasih mbak Irma.. :)”

    Reply
  • 04/07/2013 at 12:39
    Permalink

    Subhanallah… indah sekali ya hasil jepretannya om… coba ya ada kesempatan buat terbang *seumur-umur cuma dua kali naik pesawat* 🙁

    Reply
  • 08/07/2013 at 14:20
    Permalink

    waw…keren baget panorama angkasa yang bro ambil fotonya..

    Reply
  • 08/07/2013 at 15:15
    Permalink

    Uapikeeee Sur, langit memang gak ada matinya untuk diabadikan 🙂

    “Wah, ada Okti. Terima kasih ya dah mampir :)”

    Reply
  • 10/07/2013 at 10:12
    Permalink

    aku juga paling suka liat pemandangan dari atas gitu. Birdview, apalagi klo pas matahari terbit <3

    “Sunrise ataupun Sunset sama indahnya Mil :)”

    Reply
  • 13/07/2013 at 18:30
    Permalink

    Subhanallaah… uapiik foto2ne… Trims sdh berbagi foto2 indah ini, Surya… Oya, selamat menjalankan ibadah ramadan bersama keluarga ya…

    “Sama-sama mbak. Selamat menjalankan puasa juga ya. Salam untuk keluarga”

    Reply

Leave a Reply to Teguh Yuono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *