Bromo, Anugerah Terindah Sang Pencipta

Di propinsi Jawa Timur, tepatnya di Kab Probolinggo, berdiri tegak sebuah gunung yang sangat termahsyur di dunia. Dialah Bromo, sebuah gunung berapi setinggi 2392 m, yang hingga kini masih aktif. Bagi masyarakat sekitar, bromo adalah gunung suci yang menyimpan banyak sekali misteri.

Mengunjungi bromo adalah sebuah impian lama buatku. Sebenarnya aku sudah pernah mengunjungi bromo 13 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1997, tapi saat itu aku hanya sampai kawah saja. Belum mengunjungi bukit penanjakan yang tersohor, pasir berbisik yang eksotis, serta bukit teletubbies yang menjadi surga para fotografer.

Bersama anggota 3GP yang lainnya, Hikma Pratama dan Aris Widodo, aku berniat menaklukan bromo untuk kedua kalinya. Untuk acara kali ini, kami ingin benar-benar menyelami peran sebagai backpacker. Untuk itu di perjalanan kami kali ini, kami memutuskan untuk naik kendaraan umum.

Mendaki bromo berbeda dengan mendaki gunung-gunung berapi yang lain. Bromo sudah dikelola dengan cukup baik, sehingga memudahkan orang-orang yang ingin menaklukan puncaknya. Para pendaki Bromo tidak perlu bersusah payah berjalan berhari-hari ataupun berkemah. Cukup berjalan kaki 2 hingga 3 jam dari pos pemberhentian terakhir kendaraan umum, maka sudah sampai di puncak bromo. Atau kalau malas berjalan kaki terlalu lama, ada jeep / hardtop yang siap untuk mengantarkan hingga di kaki bromo, sehingga para pendaki tinggal mendaki ke puncaknya saja.

Perjalanan kami mulai sabtu siang, 31 Juli 2010 jam 1. Start di mulai dari terminal Bungurasih, Surabaya. Kami naik bus patas menuju kota Probolinggo. Ongkos bus, 20 ribu per orang. Perjalanan Surabaya Probolinggo ditempuh sekitar 3 jam perjalanan. Selama perjalanan, kami habiskan untuk ngobrol ngalor ngidul, terutama tentang Play Station. Biasalah, kami bertiga adalah fans berat permainan Winning Eleven.

Sekitar jam 4 lebih sedikit, kami sampai di terminal Probolinggo. Mampir ke toilet bentar, kami pun berjalan menuju pintu keluar terminal. Di tengah jalan, seseorang menyapa kami

Bromo, mas.. kurang 4 orang lagi

Negosiasi dimulai dan akhirnya kami menerima ajakan seseorang itu. Kami pun mengikuti orang itu. Sesampainya di luar terminal, sebuah mobil L300, yang sudah cukup sarat dengan penumpang terhampar di hadapan kami. Ransel kami letakkan diatas mobil, untuk kemudian kami masuk ke dalam mobil. Hmm.. sudah 19 orang penumpang stand by di dalam mobil, dan mereka semua menyambut kami dengan tersenyum. Yeah, tentu saja mereka tersenyum, dengan masuknya kami bertiga, berarti waktu keberangkatan kendaraan pun sudah makin dekat. Beberapa menit kemudian dua orang penumpang lagi masuk kedalam mobil dan menggenapi jumlah penumpang menjadi 24 orang, dan berangkat!!!! L300 ini akan membawa kami ke Cemoro Lawang, desa sekaligus pos pemberhentian terakhir kendaraan umum di kaki gunung bromo. Ongkosnya 25 ribu rupiah per orang.

Beberapa penumpang mobil adalah penduduk setempat, beberapa lagi sama seperti kami, para pelancong. Dan diantara para penumpang, yang paling menarik adalah sepasang bule yang lagi duduk nyaman di kursi paling belakang. Nama mereka Jacob dan Isabella, bule aseli kanada. Hikma sempat ngobrol dengan mereka. Sang bule sudah 2 minggu di Indonesia. Mereka sudah sampai di Lombok, Bali, Jogja dan sekarang tengah menuju Bromo. Setelah dari Bromo mereka akan melanjutkan perjalanan ke kawah ijen sebelum cabut balik ke kanada. Jadi ngiri sama si Bule..

Perjalanan menuju Cemoro Lawang berjalan lambat-lambat. Maklumlah, jalan yang menanjak dan penumpang yang sarat. Tapi kami menikmatinya, karena pemandangan yang sangat indah terhampar sepanjang perjalanan. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1.5 jam.

Sesampainya di desa Ngadisari, angkot mulai sesekali berhenti. Sang kondektur keluar mobil dan ngobrol-ngobrol singkat dengan beberapa penduduk setempat. Mereka itu tengah membantu mencarikan penginapan bagi para penumpang. Jadi, ketika di dalam angkot, sang kondektur berinisiatif menanyai para penumpang satu persatu, apakah mau menginap di hotel atau penginapan. Hotel disini maksudnya ya hotel. Yang cukup terkenal di daerah cemoro lawang adalah Hotel Bromo Permai dan Hotel Lava view. Sedangkan yang dimaksud penginapan adalah rumah penduduk yang disewakan. Kalau memang belum booking hotel atau mencari penginapan, ngobrol aja sama kondektur angkotnya, mereka akan dengan senang hati mencarikan. Tidak dipungut biaya sama sekali kok.

Kami pun akhirnya mendapatkan penginapan rumah penduduk. Sebuah rumah mungil berukuran sekitar 6 x 3, hanya dengan 2 ruangan yakni, ruang tidur dan kamar mandi. Sederhana saja, karena memang kami hanya sekedar numpang tidur semalam di kamar. Sang pemilik, Pak Paris, memungut biaya sewa 100 ribu semalam. Mencari penginapan di Bromo gampang-gampang susah. Jika lagi ramai, wah sulit sekali mendapatkan penginapan jika tidak booking terlebih dahulu.

Setelah mendapatkan kamar, hal selanjutnya yang kami lakukan adalah booking jeep a.k.a hardtop. Kami minta tolong pak paris untuk membeli tiket jeepnya. Harganya standar, 275 ribu, untuk perjalanan ke penanjakan dan kawah. Tapi karena kami meminta mampir ke Pasir berbisik dan bukit teletubbies, maka harga sewa jeepnya menjadi 400 ribu.

Selesai urusan akomodasi, sekarang waktunya makan. Di desa cemoro lawang, banyak sekali warung-warung untuk makan, jadi jangan khawatir kelaparan. Menu makan malam kami adalah mie goreng + nasi + telur dadar + teh hangat. Sambil makan, kami menikmati suasana petang dan malam yang indah. Langit terlihat sangat cerah dengan bintang-bintang bertaburan disana. Kami berharap, cuaca besok juga cerah, sehingga kami bisa dapat foto-foto yang bagus. Amiinnn.. Setelah makan, kami langsung balik ke penginapan untuk istirahat. Perjalanan panjang esok hari bakal menjadi perjalanan yang melelahkan, untuk itu kami harus mempersiapkan diri dengan baik. Salah satunya adalah istirahat.

Sambil tidur-tiduran dan ngobrol di penginapan, sayup-sayup, kami mendengar suara reog. Sebenarnya ingin rasanya keluar kamar dan mencari tahu ada apa di luar sana, tapi karena udara dingin ditambah rasa kantuk yang menyerang, kami pun mengurungkan niat. Lanjut tidur.

Sekitar jam 1 pagi, kami bertiga terbangun hampir bersamaan. Penyebabnya sama Dingin Brrr brrr brr brrrrr. Ingin rasanya mencoba tidur lagi, tapi susah. Ya udah, akhirnya kami memutuskan untuk stand by sambil menunggu pintu diketuk Pak Paris dan memulai perjalanan. Sambil stand by, kami bergantian sholat tahajjud, meminta agar perjalanan kami nanti diberi kelancaran dan keselamatan oleh-Nya. Oh iya, tak lupa kami memeriksa kamera dan baterei. Kami pastikan memory card dalam keadaan siap dan baterei juga dalam keadaan full.

Tepat jam 3 pagi, pintu diketuk. Kami pun langsung bergegas. Tidak sabar rasanya untuk segera memulai perjalanan.

Jeep sudah menanti kami didepan penginapan dengan pilot Bapak Azis. Sebelum masuk ke dalam kawasan kawah, kami membayar tiket masuk sebesar 6000 rupiah per orang.

Perjalanan menuju penanjakan diawali dengan jalan yang menurun. Kemudian kami sampai di kawasan lautan pasir. Lepas dari lautan pasir, medan menjadi sangat berat. Gelap, menanjak dan terjal. Jeep dan Pak Azis yang sudah terbiasa dengan medan seperti ini pun tampak susah payah untuk melewatinya. Dengan medan seperti itu, masih banyak juga motor yang nekat naik.

Setelah melewati tanjakan demi tanjakan, akhirnya sampai juga kami di penanjakan. Suasana di atas sudah super sangat ramai. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. Udara terasa sangat dingin. Pakaian rangkap 3 yang kupakai pun rasanya masih kurang hangat. Tapi tenang, di penanjakan banyak sekali penjual topi, syal ataupun kaos tangan. Harganya terjangkau, asal kita pandai menawar.

Sampai di puncak penanjakan, ternyata sudah banyak orang yang berkumpul. Para fotografer mulai dari yang amatir sampai yang professional sudah memasang tripodnya dan siap untuk mengabadikan munculnya matahari. Dengan susah payah, kami pun akhirnya dapat tempat untuk meletakkan tripod dan kamera kami.

Jam 5an, kami bergantian sholat subuh di penanjakan. Sebelum berangkat ke penanjakan tadi, kami bertiga sesungguhnya sudah wudhu, tapi karena tidak kuat menahan kentut, jadinya kami pun harus bersuci lagi dengan tayamum.

Sekitar pukul 5 lebih 20 menit, di ufuk timur, perlahan-lahan semburat cahaya merah muncul. Wow, benar-benar pemandangan yang sangat indah. Semakin lama, cahaya semakin terang, dan tampaklah wajah gunung bromo, dengan didampingi gunung batok di samping kanan dan gunung semeru menjulang tegap dibelakangnya. Subhanallah, benar-benar pemandangan yang sangat indah. Luar biasa!!!

Cukup lama kami menghabiskan waktu di penanjakan. Kami baru turun sekitar jam 7an. Langsung perjalanan dilanjutkan menuju kawah bromo. Disini, jeep hanya bisa mengantar kami hingga tempat parkir. Untuk menuju ke puncak, kami harus jalan kaki atau naik kuda. Kami pun memilih jalan kaki.

Perjalanan dari tempat parkir hingga puncak kawah sekitar 2 km. Pelan-pelan kami berjalan menyusuri lautan pasir karena memang ada masalah di fisik kami. Maklum kami adalah penghirup AC kantor minimal 8 jam sehari. Meski pelan-pelan dan terengah-engah, pada akhirnya kami pun sampai di puncak. Yeah!!! (ha ha ha lebay ya..)

Bau dan asap belerang yang menyengat menyambut kedatangan kami di puncak bromo. Pemandangan dari puncak sini sangat luar biasa. Lereng bromo yang terjal dan curam menjadi pemandangan yang sedikit ngeri buatku. Kalau bisa dibilang, kondisi keamanan pengunjung di sini sangat rendah. Pengunjung berjubel di bibir kawah, tapi tidak ada pengaman. Hanya pengaman di sisi dekat kawah, pengaman di sisi luar kawah tidak ada. Untungnya para pengunjung saling mengingatkan satu sama lain akan keselamatan, jadinya hampir tidak ada korban pengunjung yang jatuh dari bibir kawah bromo.

Puas akan puncak bromo, kami turun dan melanjutkan perjalanan menuju Bukit teletubbies. Kami akhirnya memutuskan tidak mampir ke pasir berbisik karena cuaca yang sangat panas. Sayang banget sebenarnya. Bukit teletubbies adalah sebuah bukit di tengah-tengah savanna (padang rumput) yang sangat luas. Bukit ini menyerupai rumah teletubbies, sehingga banyak orang yang menyebut bukit teletubbies.

Dari kawah bromo menuju bukit teletubbies dengan jeep memakan waktu sekitar 20 menit. Cuaca hari itu sangat panas, sehingga tidak terlalu cocok untuk foto-fotoan. Tapi kami suka sekali dengan warna langit yang sangat biru. Sebenarnya kami ingin menghabiskan banyak waktu disini, tapi karena cuaca yang panas, maka kami pun hanya bertahan setengah jam dan cabut kembali menuju desa cemoro lawang.

Begitu sampai di desa cemoro lawang, kami langsung mampir warung dulu untuk makan pagi rapel dengan makan siang, he he he he. Setelah itu kami langsung berkemas untuk pulang. Tak lupa sholat dhuhur jama sholat ashar dulu di penginapan.

Ada sedikit masalah di kepulangan kami, yakni angkutan untuk kembali ke terminal probolinggo. Sebenarnya angkotnya ada, tapi penumpangnya yang gak ada. Jadi penumpang yang tertinggal ya kami bertiga ini. Kebanyakan penumpang yang naik angkot sudah pada pulang antara jam 9 sampai jam 10an. Menurut orang-orang, tadi jam 9 sampai jam 10an, sudah 4 angkot turun melayani penumpang. Jadi sekarang sudah sepi. Tinggal wisatawan yang memakai kendaraan pribadi saja yang tersisa.

Kami pun bingung. Akhirnya kami bertiga sepakat untuk mencoba mencarter angkot sampai terminal. Negosiasi alot pun terjadi hingga akhirnya mentok di angka 225 ribu. Ya akhirnya untuk pulang, kami terpaksa mengeluarkan biaya tambahan. Tapi gpp lah, daripada ga bisa pulang, he he he he. Sebenarnya ada untungnya nyewa angkot sendiri seperti itu. Kami bisa bebas minta berhenti setiap saat, untuk foto-fotoan. Tapi kami sudah terlalu lelah,sehingga kami memilih untuk tidur. Sesampainya di terminal kami langsung berburu bus ke Surabaya. Dan berakhirlah perjalanan kami ke Bromo. Cepat atau lambat kami akan kembali. Salam 3GP (3 Gendut Perut), he he he he

List Biaya

Akomodasi

Bus Patas Sby Prob @20.000

Angkot Prob Cemoro Lawang @25.000

Penginapan 100.000

Jeep / Hardtop 400.000 (Penanjakan, KAwah, Pasir Berbisik, Teletubbies Hill)

Tiket masuk Bromo @6.000

Angkot Cemoro Lawang Prob 225.000

Bus Patas Prob Sby @20.000

Lain2

Makan malam @10.000 (Nasi + mie goreng + telur dadar + teh hangat)

Makan Siang @12.000 (Nasi pecel + mie goreng + telur dadar + Teh hangat)

Topi dan kaus tangan @30.000

17 thoughts on “Bromo, Anugerah Terindah Sang Pencipta

  • 11/09/2010 at 14:21
    Permalink

    Aku jg udah lama gak main ke bromo, mas
    Dulu jg cm liat kawahnya, blm ke bukit teletubbiesnya…hehehe
    Btw, met lebaran ya, mas
    Minal aidin wal faidzin…

    “Kapan2 kalau ke Bromo lagi, jangan lupa mbak, he he he.. Mohon maaf lahir dan batin juga ya mbak vany….”

    Reply
  • 14/09/2010 at 10:43
    Permalink

    hahaha.. kupikir apaan itu 3GP, ternyataaaa.. 😀

    minal aidin walfaidzin mas surya..

    “he he he he, ya gitu lah mbak arti 3GP.. Mohon maaf lahir dan batin juga ya mbak mala”

    Reply
  • 16/09/2010 at 11:01
    Permalink

    waaaah
    udah jalan jalan lagi aja niiiiih…

    Itu Sunrise sumpah keren banget…
    Harus maksa bangun subuh ya Sur ?

    Tapiiii…
    aku ngebayangin perjalanan ke sononya naik turun tanjakan pake mobil angkutan…belon apa apa udah perasaan maumabok aja deh…hihihi…*maklumlah kalo kemana2 biasa minum antimo dulu…hihihi..*

    Kalau bangun subuh mah, bakal telat liat sunrisenya… Yang ada bangun dini hari mbak.. Jam 3 pagi, he he he he.. Tenang mbak… maboknya bakal kebayar lunas kalau dah liat bromo.. Ditanggung dan dijamin.. 🙂

    Reply
  • 16/09/2010 at 11:03
    Permalink

    Suryaaaaaaa….
    Selamat lebaran yaaaaa…
    Mohon maaf lahir dan batin…
    kalo selama ini aku ada salah salah komen…
    Mohon dimaafkan yaaaaaaaa 🙂

    *eh…gimana nih lebaran pertama barengan istri….:)*

    “Sama-sama mbak.. mohon maaf lahir dan batin juga ya :)”
    “Lebaran bareng istri?? Seru dunk mbak.. Rasanya gimana gitu.. ho ho ho”

    Reply
  • 16/09/2010 at 11:07
    Permalink

    Suryaaaaaa…

    *komen satu lagi gak papa ya…*

    Baru selesai nonton si Nodame *lagi ngulang lagi untuk yang ke 3 kalinya sih tepatnya…hihihi…*

    Gilaaaaaa….keren bangeeeeeet…
    *jadi pengen belajar main piano…hihihi*

    Aku aja yang totally clueless soal musik klasik…jadi ikutan deg degan waktu mereka mau konser…hihihi…

    ayo racuni aku lagih…hihihi…
    *abah ngomel2 lagi libur malahan dicuekin malahan disuruh jagain anak anak …hihihi…*

    “Silahkan mbak komennya.. Apa sih yang gak buat Bibi Titi Teliti, he he he he”
    “Busyet.. sudah nonton nodame 3 kali?? Sudah lengkap gak koleksinya?? Ada Nodame Spesial Paris dan sekarang aku lagi nunggu link donlotan nodame movie spesial mbak… Racun.. racun mode:on, he he he (Ampun Abah…..)”

    Reply
  • 16/09/2010 at 15:02
    Permalink

    eh..satu komen lagi boleh yaaaaa….
    Aku sebenernya udah beli tuh My Boss My Hero…*sesuai dengan petunjuk racunmu …hihihi…*

    Tapi belon sempet ditonton soalnya masih betah nongkrongin si Chiaki…hihihi…

    “Wah…. ndang ditonton si Sasaki Makio nya mbak…. Gak kalah konyol dari si Nodame kok, he he he”

    Reply
  • 17/09/2010 at 10:38
    Permalink

    Hiks…
    34 tahun hidup di negeri ini, menjadi keturunan seorang Jawa – Madura, saya malu belum pernah mengunjungi Bromo.
    Siap-siap berangkat ke sana ah..

    “Mbak Diaaaaaaaaan…. thanks udah mampir blogku yach :)”
    “Ke Bromo belum pernah, tapi semua gunung di jawa tengah sudah pernah. Trus sekarang main-mainnya ke Vienna…. huuu.. mupeng mode:on”

    Reply
  • 21/09/2010 at 15:11
    Permalink

    Yuhuuuuuuuy..
    Suryaaaa…aku baru selesai nonton si Makky…hihihi…
    Lucu banget yaaaaa…. *walopun tetep masih suka si Nodame*
    Alur ceritanya susah ditebak gitu lho…
    Dan ending nya juga gak klise…

    Walopun menurut ku ini adalah typikal film nya cowok ya…
    Abisnyaaaa….dari 10 episod…
    Masa gak ada adegan ciuman nya siiiiiih….hihihi…

    Reply
  • 27/09/2010 at 13:01
    Permalink

    Aduh indah banget itu gunung bromo 😀
    salah satu cita2 saya pingin wisata kesitu, doain sempat ya

    “Insya Allah mbak anny dan keluarga suatu hari nanti kesana.. :)”

    Reply
  • 05/10/2010 at 12:10
    Permalink

    waaah seruu dan kereen banget..,w blm pernah kesana tuh..pingin jg ah kebromo…,mas minta petunjuknya dong, klo dri jakrta ke bromo …

    Reply
  • 08/10/2010 at 16:12
    Permalink

    jadi tertarik sama obrolan perjalanan Sby- Probolinggo,, hohohohoho

    Reply
  • 30/11/2010 at 15:46
    Permalink

    saya sangat sedih dengan rentetan kejadian bencana dan musibah di negeri ini…semoga bencana dan musibah yang terjadi belakangan ini cepat berlalu..dan jangan lupa promosikan kembali objek2 wisata yang sempat terkena musibah agar kehidupan ekonomi masyarakatnya cepat pulih/…

    salam

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *